INFO PURWAKARTA - Maret 2018 akan menjadi saat krusial bagi Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Sebab, pada saat itulah jabatan orang nomor satu di Purwakarta yang disandangnya selama dua periode akan berakhir.
Dari waktu yang tersisa sekitar 11 bulan lagi itu, Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi, masih harus menyelesaikan sejumlah janji kampanye saat mencalonkan diri sebagai bupati kali pertama, tujuh tahun yang lalu.
Di antara janji yang belum ditunaikan tersebut adalah rencana pembangunan Masjid Besar dan Islamic Center Cilodong yang akan didirikan di jalan raya Purwakarta-Cikopo, yang berjarak setengah kilometer dari gerbang Jalan Tol Cikopo.
Janji kampanye lain adalah menyelesaikan pembangunan jalan lingkar barat Babakan Cikao-Sukasari yang terhubung dengan Teluk Jambe, Karawang, Bonggol Bogor, dan Cianjur sepanjang 52 kilometer dan jalan lingkar timur yang menghubungkan Cikopo-Cirangkong-Cibukamanah-Wanawali-Kiara Pedes sejauh 33 kilometer.
Dedi menjelaskan, tiga agenda pembangunan yang harus diselesaikan dari nol adalah Masjid Besar dan Islamic Center Cilodong yang akan dibangun di atas lahan bekas kompleks pelacuran Cilodong.
Baca Juga:
“Insya Allah, pekan depan, peletakan batu pertamanya akan dilakukan Rais Am PBNU, yang juga Ketua MUI Pusat, KH Ma'ruf Amien,” ujar Dedi. Masjid Besar dan Islamic Center Cilodong akan dibangun dengan gaya arsitektur khas Sunda.
Bangunan ini akan dilengkapi pembuatan sudut-sudut taman yang indah, sehingga masjid dan pusat kajian islam itu nantinya juga akan menjadi destinasi wisata religi.
Pembangunan jalan lingkar barat, menurut Dedi, kini tinggal menyisakan pembangunan tiga jembatan dan pembetonan sisa ruas jalan yang sudah dikeraskan. "Sekarang sudah masuk proses tender dengan nilai kontrak Rp 33 miliar,” katanya. Proses pengerjaan jalan lingkar timur juga dalam proses tender dengan nilai Rp 30 miliar. “Insya Allah, semua pekerjaan itu bisa diselesaikan sebelum jabatan saya berakhir,” tuturnya.
Sisa pekerjaan lain yang tidak masuk janji kampanye tapi menjadi program prioritas Dedi adalah pembangunan Museum Diorama Digital dan Galeri Wayang Golek, Museum Diorama Baing Yusuf, Museum Diorama Islam Nusantara, Museum Diorama Polri, dan Museum Diorama Olahraga.
Pembangunan museum-museum tersebut dipersiapkan untuk mengejawantahkan mimpi Dedi yang ingin menyulap Kota Purwakarta menjadi Kota Museum Diorama Digital pertama di Indonesia. Saat ini, museum diorama digital yang sudah dibangun dan sudah dioperasikan adalah Museum Diorama Digital Tatar Sunda, Museum Diorama Digital Nusantara, dan Museum Bale Indung Karahayuan.
Jika semua program pembangunan yang dijanjikannya itu terwujud sebelum masa jabatannya berakhir, Dedi akan meninggalkan sejuta kenangan, kebaikan, dan kesejahteraan yang akan terus dikenang warga Purwakarta sepanjang masa.
Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Budi Sulistijo memuji penataan wilayah perkotaan Purwakarta saat ini. Di setiap sudut kota ada ruang publik dalam bentuk taman kota. Bahkan jalan-jalan protokol perkotaan tampak begitu tertata rapi, dinamis, dan penuh ornamen khas kebudayaan Sunda yang kental. “Di jalan protokol Sudirman, misalnya, jika malam hari serasa di Kota Shinjuku, Jepang. Bedanya, di Shinjuku, semakin malam semakin banyak gerombolan orang, sedangkan di Jalan Sudirman, Purwakarta makin malam, makin sepi,” ujar Budi.
Selain itu, hal lain di Purwakarta yang membuat Budi kagum adalah konsep pembangunannya yang mengesankan konsep budaya Sunda. “Pembangunan bidang apa pun memang tidak boleh meninggalkan akar dan nilai-nilai budaya lokal. Sebab, itu tinggi harganya dan dihargai orang,” tuturnya. (*).