TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM I Wayan Dusak belum bisa memastikan jumlah warga binaan yang kabur dari di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Kota Pekanbaru, Sialang Bungkuk, Riau. Menurut dia, jumlah napi yang kabur di Pekanbaru hanya bisa ditentukan dari jumlah mereka yang masih berada di dalam rutan.
"(Napi) yang lari (di Pekanbaru) belum bisa dihitung karena yang (tersisa) di dalam juga belum dihitung. Yang sudah tertangkap 149 orang," ujar Dusak saat jumpa pers di kantornya, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Jumat, 5 Mei 2017.
Baca juga: Tahanan yang Kabur dari Rutan Pekanbaru Diimbau Menyerah
Adapun jumlah total warga binaan di Rutan kelas IIB Pekanbaru tersebut sebanyak 1870 orang. Jumlah itu, kata Dusak, terdiri dari 910 tahanan dan 960 narapidana. Jumlah itu berbanding jauh dengan kapasitas rutan yang hanya untuk menampung 561 orang.
Menurut Dusak, kondisi di rutan tersebut belum stabil. Ditjen Pemasyarakatan pun mendapat dukungan dari Kepolisian Daerah Riau dan TNI untuk mengamankan situasi. "Penghuni belum masuk kamar masing-masing, karena rusaknya gembok dan engsel, tadi siang ada yang dibengkokkan. Saya beri perintah ganti baru," ujarnya.
Dusak telah mengutus tim khusus untuk menginvestigasi penyebab insiden yang terjadi saat para tahanan akan melaksanakan shalat Jumat tersebut. "Kami akan amankan dulu yang di dalam, baru ambil tindakan selanjutnya," kata dia.
Rutan itu, kata dia, tengah dijaga oleh enam petugas saat para tahanan menerobos keluar. Korban luka pun jatuh, baik dari petugas yang diserang maupun dari tahanan yang terjatuh saat mencoba keluar.
Saat ini Rutan kelas IIB Pekanbaru memiliki 54 pegawai yang terdiri dari 42 pria 42 dan 12 wanita. Jumlah itu termasuk 4 orang pejabat struktural dan 30 personel pengamanan untuk mencegah napi kabur di Pekanbaru. Total 1.870 penghuni lapas tersebut terdiri dari 76 tahanan kasus korupsi, 421 tahanan narkoba, 14 tahanan kasus illegal logging, dan 1359 tahanan pidana umum.
YOHANES PASKALIS