TEMPO.CO, Jakarta – Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar pameran bertajuk “Mengenal Batu Nisan Aceh”. Pameran yang dipusatkan di Museum Aceh, Banda Aceh, itu dibuka secara simbolis oleh Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud, Selasa, 9 Mei 2017.
Baca: Aceh Tawarkan Kunjungan Tsunami Heritage kepada Turis ...
Pameran ini akan memajang koleksi asli 18 batu nisan, yang terdiri atas 4 batu nisan koleksi Kesultanan Pasai, 3 koleksi Kerajaan Lamuri, serta 11 koleksi batu nisan zaman Kesultanan Aceh Darussalam. Gubernur Aceh Zaini Abdullah, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris Daerah Aceh Dermawan, menyatakan pameran ini bertujuan menjelaskan sejarah Islam pada masa yang terukir di batu-batu nisan kepada masyarakat.
”Selain itu, pameran ini untuk menunjukkan bahwa pada masa lalu Aceh memiliki karya seni batu nisan yang tidak ternilai harganya. Dan batu nisan Aceh ini merupakan warisan tertua di Asia Tenggara,” kata Zaini Abdullah.
Gubernur menyatakan karya seni batu nisan masa lalu tidak hanya berkembang di Aceh. Batu nisan Aceh ini juga ditemukan di Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand Selatan.
”Arkeolog meyakini batu nisan yang ditemukan di sejumlah negara tersebut merupakan karya seni dari Aceh. Batu-batu nisan itu dibawa dari Aceh,” ucap Gubernur Aceh Zaini Abdullah.
Karena itu, Gubernur Aceh mengajak masyarakat mengunjungi pameran batu nisan yang berlangsung mulai 9 Mei hingga sepekan ke depan. “Karena banyak sejarah yang terukir di batu nisan tersebut.”
Pemerintah Aceh menaruh perhatian besar terhadap penyelamatan batu-batu nisan tersebut. “Selain menggambarkan sejarah Aceh, batu nisan tersebut memiliki karya seni yang tidak ternilai harganya,” kata Zaini Abdullah.
Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud memberi apresiasi atas terlaksananya pameran batu nisan. Pameran ini merupakan bagian dari upaya melestarikan dan menyelamatkan batu nisan Aceh.
”Batu nisan Aceh merupakan warisan yang harus diselamatkan. Sebab, batu nisan tersebut merupakan bukti sejarah bahwa Aceh memiliki kebudayaan tinggi di masa lalu,” kata Malik Mahmud.
ANTARA