TEMPO.CO, San Francisco - Media Pemerintah Cina mengatakan Amerika Serikat harus disalahkan atas serangan Ransomware WannaCry. China Daily mengatakan AS telah menghambat upaya untuk menghentikan ancaman cyber global setelah serangan WannaCry, sebagaimana dikutip Newsweek, Rabu 17 Mei 2017.
Sekitar 300.000 komputer di seluruh dunia terinfeksi oleh serangan ransomware tersebut selama dua hari terakhir.
Baca: Lokasi Server Penyebar WannaCry Terdeteksi
Washington telah melarang perusahaan teknologi Cina beroperasi di Amerika Serikat pada hari-hari setelah serangan tersebut, namun surat kabar tersebut mengatakan bahwa "tidak ada bukti yang dapat dipercaya" untuk mendukung larangan tersebut. Sedikitnya 30.000 komputer Cina terpengaruh setelah serangan itu pada hari Sabtu.
Serangan malware dimulai pada hari Jumat dan diyakini terkait dengan organisasi peretasan Korea Utara.
Baca Juga:
Cina akan memulai sebuah undang-undang keamanan cyber yang menurut A.S. dapat mempengaruhi perusahaan asing di Cina, karena berisi persyaratan pengawasan dan undang-undang penyimpanan data yang ketat, CNBC melaporkan. Di masa lalu, Beijing telah mengkritik jumlah berita palsu di situs berita Amerika, yang menjadi alasan Cina untuk menekan soal keamanan dunia maya.
Baca: Serangan Virus WannaCry, Menteri Komunikasi: Ini Wake Up Call
Surat kabar Cina mengangkat kekhawatiran bahwa seiring tumbuhnya peran Cina di luar negeri, demikian juga tingkat risiko yang datang dari negara-negara tempat dia bekerja.
People's Daily melaporkan spekulasi bahwa serangan tersebut dimaksudkan untuk menargetkan Belt and Road Forum yang diadakan di Beijing akhir pekan lalu, namun pejabat Cina belum mengkonfirmasi atau menolaknya. People's Daily mengatakan bahwa Cina telah menyerukan peningkatan keamanan cyber dan perintah berbasis aturan di ruang cyber.
Baca: 25 Varian Baru WannaCry Siap mengancam
Penyerang diduga menggunakan alat yang dicuri dari National Security Agency, yang kemudian memanfaatkan gangguan dalam sistem operasi Microsoft Windows untuk menyebarkan malware, yang mempengaruhi ratusan ribu komputer.
NEWSWEEK | ERWIN Z