INFO PURWAKARTA - Baru tiga hari melaksanakan ibadah umrah di Tanah Suci Mekah, sudah cukup banyak catatan pribadi yang ditorehkan Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dalam buku hariannya.
Sebagai pimpinan rombongan yang beranggotakan 10 guru berstatus honorer dan aparatur sipil negara (ASN); istrinya, Anne Ratna Mustika; serta dua anak laki-lakinya, Ahmad Habibie Bungsu Maula Akbar dan Yudhistira Manunggaling Rahmaning Hurip, Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi, melakukan semua rangkaian ritual umrah, mulai tawaf, sa'i, hingga tahalul. Tak lupa Kang Dedi mengajak rombongan salat berjamaah lima waktu di Masjidil Haram.
Dari sekian aktivitas yang dilakukan sejak kedatangannya di Tanah Suci Mekah, Senin,15 Mei 2017, satu hal yang membahagiakan Kang Dedi adalah menyaksikan "festival" keberagaman yang indah, yang diperlihatkan pemeluk Islam dari seluruh penjuru dunia.
“Dari sisi pakaian, misalnya, setiap jemaah umrah, terutama yang berasal dari Arab Saudi, selalu mengenakan kain sorban yang diselendangkan di pundak. Namun di antara mereka tak sedikit yang berbeda dalam mengenakan pelindung kepala,” ujarnya. ”Meski beragam, tak satu pun orang atau jemaah yang mempermasalahkannya.”
Bahkan, kata Kang Dedi, ketika dirinya mengenakan iket sebagai ciri khas orang Sunda di Indonesia, tak ada seorang pun di Mekah yang mempermasalahkannya, apalagi mengolok-olok. Bahkan mereka melihatnya dengan tersenyum penuh suasana keakraban.
Baca Juga:
Kondisi tersebut, menurutnya, sangat kontras dengan yang ada di Indonesia, terutama di Jawa Barat, lebih khusus lagi di Purwakarta, daerah yang dipimpinnya. "Waktu pertama kali saya pakai iket dan kampret pakaian khas Sunda, saya dianggap animisme, klenik, bahkan musyrik," ujarnya.
Ketika berada di Madinah, Kang Dedi mengaku teringat pada lahirnya Piagam Madinah yang dideklarasikan Rasulullah Muhammad SAW, yang menjadi simbol lahirnya hak asasi manusia pertama di dunia. Sebab, berdasarkan Piagam Madinah, negara dan penduduk mayoritas wajib melindungi penganut ajaran atau agama lain di luar Islam dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.
"Ya Rab, semoga keberagaman di Indonesia tetap utuh dan kuat dalam bingkai NKRI," tuturnya dalam doa. (*)