TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta Sandiaga Uno tak banyak berkomentar terkait adanya empat warga di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara yang meninggal hampir bersamaan dalam kurun sebulan terakhir. "Kita tidak bisa bicara kasus per kasus," kata Sandiaga saat ditemui di sela-sela kegiatannya blusukan pada Jumat, 19 Mei 2017.
Dia berpendapat, pembahasan Kampung Akuarium harus menyeluruh. Makanya perlu tim sinkronisasi agar dapat membahas permasalahan di Jakarta. Termasuk masalah di Kampung Akuarium, ia mengaku akan membahas temuan itu dengan tim sinkronisasi.
Beberapa waktu lalu, Dharmadiyani, warga yang tinggal di RT 12 RW 04, Kampung Akuarium melaporkan ada sedikitnya 4 orang meninggal pada tiga pekan lalu. "Kami pernah ikut pemeriksaan kesehatan gratis, hasilnya sebagian besar warga mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi," kata dia saat ditemui pada Kamis, 18 Mei lalu.
Baca: Korban Penggusuran Kampung Akuarium Ini Doakan Ahok Jadi Menteri
Sandiaga tak berkomentar secara spesifik menanggapi kematian secara bersamaan tersebut. Dia juga tak bicara terkait kesehatan di Kampung Akuarium. Sandi justru mengajak agar tidak mengangkat isu yang memprovokasi masyarakat.
"Kami ingin ke depan, warga fokus menghadirkaan kesejukan dan keteduhan kita," ujar dia. "Jangan mengangkat isu yg bisa memprovokasi."
Setelah itu Sandiaga berlalu meninggalkan sejumlah wartawan. Ia hanya menjawab sejumlah isu terkait programnya, menyerap aspirasi warga Jakarta. Terutama terkait KJP Plus, lapangan pekerjaan, dan peningkatan pendidikan. Sandiaga tak terlalu rinci menjawab temuan di Kampung Akuarium atau kasus lain yang menyangkut kebijakan Pemerintah DKI Jakarta saat ini.
Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dijadwalkan akan dilantik pada Oktober mendatang. Mereka akan menggantikan Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Anies-Sandi memiliki program unggulan, termasuk pembelian rumah dengan Down Payment (DP) nol persen. Mereka juga berniat membangun kembali Kampung Akuarium yang digusur pemerintahan sebelumnya.
Tempo melaporkan adanya empat warga yang meninggal karena sakit hipertensi dan darah tinggi setelah tinggal di bedeng bekas gusuran sejak setahun terakhir. Empat warga yang wafat adalah Anton, 45 tahun menderita hipertensi dan Untung, 53 tahun mengalami tekanan darah tinggi. Lalu Eka Juanti, 22 tahun akibat kekurangan kalium dan Supina, 49 tahun sakit paru-paru.
Baca: Soal Kesehatan Warga Kampung Akuarium, Sekda DKI: Ada Puskesmas
Belum ada penelitian terkait kasus ini. Dugaan sementara banyak warga yang sakit hipertensi karena tinggal di kawasan kumuh. Mereka yang menetap di tempat itu rata-rata tak memiliki tempat tinggal lagi, tak bisa memilili rumah susun, atau tidak memiliki uang untuk mengontrak rumah.
AVIT HIDAYAT