TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia optimistis stabilitas perekonomian dalam kondisi stabil pada tahun ini setelah tahun lalu menghadapi ketidakpastian global akibat kebijakan moneter Amerika Serikat dan harga komoditas yang menurun. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, dengan stabilitas tersebut, pertumbuhan ekonomi seharusnya bisa berada di atas 7 persen.
Baca: Target Pertumbuhan Ekonomi di RAPBN 2018 Dianggap Tak Realistis
"Untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, 5 persen tidak cukup, perlu tumbuh di atas 7 persen. Perlu upaya bersama reformasi struktural, baik fiskal, moneter, maupun sektor keuangan," katanya di BI, Rabu, 24 Mei 2017.
Baca: APEC Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2017 Berkisar 3,8 Persen
Agus menyebutkan pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen bisa tercapai apabila stabilitas makroekonomi terjaga. Sistem keuangan dengan permodalan kuat dan sistem pembayaran yang terjaga juga dapat mewujudkan perekonomian yang sehat. "Pertumbuhan ekonomi yang sehat tidak dapat tercapai kalau tidak ada stabilitas makroprudensial dan sistem keuangan," ujarnya.
Wakil Ketua Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Marwan Cik Asan mengatakan Indonesia bisa terjebak sebagai negara dengan pendapatan menengah apabila pertumbuhan ekonomi hanya berkisar 5 persen hingga 2030. Menurut Marwan, pemerintah perlu menggenjot pertumbuhan ekonomi ke level 10 persen. "Adanya koordinasi empat lembaga Komite Stabilitas Sistem Keuangan bertugas menjaga sistem keuangan kita tidak bergejolak," ucapnya.
Adapun Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara menuturkan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,4-6,1 persen tahun ini akan tercapai setelah pemerintah mampu mengatasi hambatan kebijakan struktural dan moneter. Selain itu, pemerintah harus berupaya menjaga kredibilitas fiskal, pertumbuhan investasi, neraca perdagangan, dan konsumsi. "Kalau terpenuhi bisa, tuh, 5,4-6,1 persen. Range itu yang bisa kami capai dengan kondisi saat ini," tuturnya.
PUTRI ADITYOWATI