TEMPO.CO, Yogyakarta - Kegiatan perbankan melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) tumbuh secara signifikan. Pada Februari 2017 tumbuh sebesar 10,88 persen dari Rp 102 triliun menjadi Rp 113 triliun dibanding periode sebelumnya. Pada sisi kredit yang diberikan tumbuh sebesar 9,78 persen, dari Rp 75 triliun menjadi Rp 82 triliun.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Djoko Suyanto mengatakan kinerja industri bank perkreditan rakyat tercatat tumbuh di tengah persaingan usaha yang semakin ketat serta regulasi yang semakin protektif. Selain mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, Perbarindo gencar melakukan edukasi kepada masyarakat tentang bank perkreditan rakyat.
“Hingga saat ini tingkat pengenalan masyarakat terhadap BPR dan bank perkreditan rakyat syariah masih dirasakan sangat kurang,” kata Djoko, Selasa, 23 Mei 2017.
Baca: Target KUR Rp 100 Triliun, Ancam Bisnis BPR?
Menurut Djoko, jumlah tabungan yang berhasil dihimpun mencapai Rp 23,4 triliun atau tumbuh sebesar 12,69 persen dan deposito tumbuh sebesar 10,79 persen dari Rp 46 triliun menjadi Rp 53 triliun. Adapun jumlah nasabah yang sudah dilayani industri BPR mencapai 14 juta lebih nasabah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sedangkan outlet yang dimiliki BPR sebanyak 6.090 unit kantor yang terdiri dari 1.630 kantor pusat, 1.607 kantor cabang, dan 2.853 kantor kas.
Baca: LPS Melikuidasi 10 BPR dan BPRS Sepanjang 2016
Djoko mengaku masih ada kesan BPR atau BPRS terkesan hanya untuk meminjam uang. Padahal banyak kegiatan perbankan yang menguntungkan nasabah.
Para pengelola BPR dan BPRS merancang hari BPR dan BPRS di Yogyakarta. Jadi diputuskan tanggal 21 Mei sebagai Hari BPR-BPRS Nasional. Hal tersebut tertuang dalam salah satu keputusan Rapat Koordinasi Perbarindo pada 7 April 2017 di Labuan Bajo.
Tujuan Hari BPR-BPRS antara lain untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan masyarakat umum, regulator, dan pemerintah terhadap keberadaan BPR-BPRS di seluruh Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat. “Selain itu, meningkatkan literasi masyarakat terhadap pelayanan jasa keuangan, khususnya pelayanan dari industri BPR-BPRS,” kata Djoko.
Produk BPR antara lain tabungan, deposito, dan kredit, sedangkan produk BPRS adalah tabungan iB, deposito iB, dan pembiayaan. Menyimpan uang di BPR-BPRS dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Sri Adiningsih mengatakan, penetapan tanggal 21 Mei sebagai Hari BPR-BPRS Nasional dapat membuat insan-insan yang bergelut di BPR-BPRS menjadi lebih semangat. "Kami berharap ini dapat membangkitkan semangat dalam melayani masyarakat, terutama pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah," kata Djoko.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nelson Tampubolon mengatakan keberadaan BPR-BPRS diakui undang-undang. BPR dan BPRS memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan ekonomi, terutama di daerah-daerah daerah perdesaan.
Senior Manager Museum Rekor Dunia Indonesia Sri Widayati memberikan dua penghargaan kepada Perbarindo, yaitu rekor anggota bank terbanyak dan edukasi perbankan secara serentak di lokasi dan oleh direksi bank terbanyak. “MURI mencatat ada 1.634 BPR-BPRS yang tergabung dalam Perbarindo. Perbarindo juga melakukan edukasi perbankan secara serentak di lokasi dan oleh direksi bank terbanyak, yaitu lebih dari 2.000 direksi,” tuturnya.
MUH. SYAIFULLAH