Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kemiskinan Ancam Warga Yogyakarta, Jadi Tamu di Daerah Sendiri

image-gnews
Seorang petani menanam bibit padi di sawah yang dilintasi peserta lomba lari Mandiri Jogja Marathon, di Yogyakarta, 23 April 2017. Rute yang dilintasi para peserta diantaranya, daerah persawahan dan candi. Tempo/Rully Kesuma
Seorang petani menanam bibit padi di sawah yang dilintasi peserta lomba lari Mandiri Jogja Marathon, di Yogyakarta, 23 April 2017. Rute yang dilintasi para peserta diantaranya, daerah persawahan dan candi. Tempo/Rully Kesuma
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Perkembangan wilayah perdesaan (rural) di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, yang berbatasan dengan pinggiran Kota Yogyakarta, menjadi wilayah perkotaan (urban) dinilai ‘dipaksakan’. Perkembangan wilayah pedesaan menjadi perkotaan itu merupakan limpahan dari wilayah perkotaan Yogyakarta yang terus berkembang.

Konsekuensinya, proses alih fungsi lahan di wilayah pinggiran Yogyakarta ini untuk menyediakan kebutuhan perkotaan dari lahan pertanian menjadi perumahan, industri, dan sektor jasa kian tak terelakkan. Seperti wilayah Sleman yang 80 persen telah berubah jadi perkotaan.

Baca juga:

Yogyakarta Wajibkan Transaksi Di Atas Rp 5 Juta Non Tunai

“Masyarakat yang tinggal turun-temurun di Yogyakarta terancam menjadi tamu di daerahnya sendiri,” kata Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Krisdyatmoko dalam diskusi hasil riset Institute for Research and Empowerment (IRE) tentang “Ketimpangan Pedesaan dan Perkotaan di DIY” di Joglo Winasis IRE di Sleman, Rabu, 24 Mei 2017.

Ancaman itu dirasakan riil, lanjut Krisdyatmoko, karena lahan pertanian kian sempit. Seorang petani kini hanya menggarap lahan dengan luas tak lebih dari dua ribu meter persegi. Hasil pertanian yang dipanen 3-4 bulan sekali itu hanya menghasilkan nominal sekitar Rp 2 juta yang tidak cukup menghidupi rumah tangganya. Di sisi lain, tidak ada kebijakan tata ruang yang melindungi petani untuk tetap mempertahankan lahannya.

Petani pun terdesak untuk menjual lahannya yang dinikmati oleh pemilik modal yang mampu membeli dan mengakses. “Petani kerja di sektor non pertanian. Jadi pengambil sampah,” kata Krisdyatmoko.

Baca pula:
May Day, Buruh di Yogyakarta Tuntut Sultan Sediakan Rumah Murah  

Sebaliknya di perkotaan (Yogyakarta), lanjut dia, distribusi pemasukan dari sektor pendidikan dan pariwisata tidak merata. Bahkan hasil pembangunan hotel, mal, toko-toko modern lebih banyak dinikmati kalangan elit dan investor yang tak semuanya dari wilayah DIY.  “Akibatnya terjadi capital flight. Keuntungan dinikmati investor yang entah dibawa ke mana,” kata Krisdyatmoko.

Penjelasan Krisdyatmoko itu menguatkan hasil riset IRE yang dilakukan Februari-April 2017 lalu. Riset dengan metode kualitatif itu memotret ketimpangan ekonomi yang mencakup pendapatan dan pengeluaran serta ketimpangan non ekonomi meliputi pelayanan dasar, yakni administrasi kependudukan, pendidikan, dan kesehatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Peneliti IRE Rajif Dri Angga, DIY dipilih karena tingkat kemiskinannya terparah se-Jawa, ketimpangannya tertinggi nasional, dan gap ketimpangan kemiskinan antar kabupaten tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 menunjukkan prosentase kemiskinan di Sleman 9,5 persen dan Yogyakarta 8,67 persen yang jauh meninggalkan Bantul 15, 89 persen, Gunung Kidul 20,83 persen, dan Kulon Progo 20,64 persen. Lokasi riset pun dipilih masing-masing dua desa untuk wilayah urban dan rural dari empat kabupaten, serta dua kelurahan urban di Yogyakarta.

“Kegiatan ekonomi paling banyak dinikmati masyarakat perkotaan, seperti Yogyakarta dan Sleman,” kata Rajif menjelaskan penyebab kemiskinan.

Hasil riset lainnya, penyebab kemiskinan juga tak hanya ketiadaan aset. Melainkan ketidakmampuan masyarakat miskin mengakses pekerjaan di sektor formal yang memberi pendapatn lebih besar.

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Sangidu Umar pun mengungkapkan, dalam penyebutan klasifikasi kawasan perkotaan dan pedesaan oleh kementerian dan kelembagaan pun tidak konsisten. Semisal, dalam UU Penataan Ruang dan UU Pemerintahan Daerah menyebutkan pedesaan kalau prosentase pertanian dominan dan perkotaan kalau prosentase pertanian sedikit. Direktorat Perkotaan dan Pedesaan Kementerian Dalam Negeri menyebut kawasan perkotaan itu kotamadya, sedangkan pedesaan di bawah kabupaten.

“Akibatnya, program pemerintah untuk kawasan yang dimaksud bisa tidak tepat sasaran,” kata Sangidu.

Dia mencontohkan wilayah Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman yang berada di kawasan dalam jalur lingkar atau berbatasan dengan Kota Yogyakarta masuk kategori kawasan perkotaan. Tetapi program pemerintah yang diterapkan di sana adalah program pedesaan.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

1 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

1 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

12 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

14 hari lalu

Menko PMK Muhadjir Effendy hadir dalam sidang perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Jumat 5 April 2024. Agenda hari ini ialah mendengarkan kesaksian empat menteri kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. TEMPO/Subekti.
Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

Muhadjir Effendy menyebut program perlinsos ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia.


Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

14 hari lalu

Menko PMK Muhadjir Effendy hadir dalam sidang perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Jumat 5 April 2024. Agenda hari ini ialah mendengarkan kesaksian empat menteri kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. TEMPO/Subekti.
Muhadjir Effendy Sebut Bansos Penting untuk Dorong Daya Beli Masyarakat Miskin

Tak hanya Muhadjir, tiga menteri lain juga turut memberikan keterangan terkait bansos di sidang sengketa pilpres hari ini.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

16 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

25 hari lalu

Penandatanganan Kontrak Kerjasama Bantuan Hibah Pemerintah Jepang yang dilakukan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi (kiri) dengan perwakilan dari General Incorporated Association Birdlife International Tokyo (kanan) sebagai organisasi pelaksana proyek pada 25 Maret 2024. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jepang di Jakarta
Jepang Kucurkan Bantuan untuk Produksi Kakao Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Gorontalo

Bantuan Jepang ini, diharapkan bisa menaikkan pendapatan petani berskala kecil dan mengentaskan kemiskinan di Provinsi Gorontalo


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

36 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

37 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

42 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram