TEMPO.CO, Banda Aceh – Kondisi listrik di wilayah Aceh sering mati bergiliran selama Ramadan tahun ini. Hal tersebut memicu warga berdemonstrasi di depan kantor PLN Aceh. Pemadaman juga dilakukan pada waktu berbuka puasa dan sahur. Sampai Rabu, 31 Mei 2017, masih terjadi pemadaman bergilir.
Karena jengkel, puluhan mahasiswa melakukan protes ke kantor PLN Wilayah Aceh menjelang buka puasa pada Selasa, 30 Mei 2017. Unjuk rasa itu menarik perhatian warga, yang mendukung demo tersebut. “Memang harus sering didemo itu PLN,” kata salah seorang pengguna jalan.
Baca: Warga Medan Keluhkan Pemadaman Listrik di Hari Pertama 2017
Koordinator aksi, Muzirul, mengatakan PLN menzalimi rakyat dengan kerap mematikan listrik ketika ibadah di bulan suci. Padahal dulu telah disampaikan tidak ada pemadaman saat Ramadan. “Ini sangat mengecewakan,” ucapnya.
Menurut dia, selama puluhan tahun pemadaman bergilir menjadi solusi jangka pendek dilakukan PLN Aceh. Mereka belum mampu mengatasi dan mencari permasalahan listrik di Aceh selama ini.
General Manager PLN Jefry Rosadi mengatakan matinya listrik terjadi akibat rusaknya transmisi di Nagan Raya yang tidak mudah diperbaiki. “Kami atas nama PLN menyampaikan permohonan maaf atas pemadaman listrik selama ini,” tuturnya.
Simak: Pemadaman Listrik Berkala, YLKI: Daerah Elite Tidak?
Secara teknis, Deputi Hubungan Masyarakat PLN Aceh Teuku Bahrul kepada Tempo menjelaskan kerusakan di Nagan Raya disebabkan oleh pecahnya membran turbin transmisi PLTU Nagan II sehingga hilangnya suplai listrik di Aceh. Listrik Aceh mengalami drop tegangan.
Hal itu mengakibatkan suplai arus ke warga berkurang dan terpaksa dilakukan pemadaman bergilir di Banda Aceh, Aceh Barat, Pidie, Nagan Raya, dan sekitarnya, bahkan ketika sudah hampir memasuki satu pekan Ramadan. Menurut dia, saat ini tim teknis sedang melakukan pergantian material yang pecah dan diusahakan arus akan kembali normal.
ADI WARSIDI