TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat meminta maaf terkait insiden kekerasan terhadap wartawan Rakyat Merdeka online (RMOL), Bunaiya Fauzi Arubone, yang diduga dilakukan oleh salah seorang protokolernya.
“Kami (Kementerian PUPR) sudah menyampaikan permintaan maaf. Kami berusaha untuk menyelesaikan secara kekeluargaan,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Anita Firmanti, saat dihubungi Tempo, Rabu, 31 Mei 2017.
Permintaan maaf juga disampaikan Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR lewat secarik surat kepada pimpinan redaksi RMOL dan Bunaiya. Surat bernomor UM 01.10-50/141 ini ditandatangani oleh Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja.
Baca: Jurnalis RMOL Mengaku Diintimidasi Pegawai Kementerian PUPR
Dalam suratnya, Endra menjelaskan pihaknya menghargai peran dan tugas para wartawan sebagai mitra kerja kehumasan. Kementerian PUPR menyatakan melindungi sepenuhnya hak para jurnalis yang bertugas meliput di lingkungan kantor kementerian.
“Atas peristiwa yang mengakibatkan terganggunya tugas jurnalistik yang dialami jurnalis/wartawan RMOL a.n. Bunaiya Fauzi Arubone, kami menilai hal ini sebagai sebuah kesalahpahaman dan untuk itu, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” ucapnya.
Insiden kekerasan ini bermula saat Bunaiya meliput kegiatan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, ketika membagikan plakat di acara pengukuhan pengurus Badan Kejuruan Teknik Lingkungan Persatuan Insinyur Indonesia periode 2017-2020 di Ruang Serbaguna lantai 17, Gedung Utama Kementerian PUPR. Saat dirinya hendak mengambil gambar, di saat bersamaan seorang petugas protokoler memintanya minggir karena mau meletakkan gelas.
"Saya bilang ‘Sebentar bang, Belum dapat foto bagus. Tapi orang protokol PUPR itu bilang 'monyet nih anak'," tutur Bunaiya dalam pesan tertulisnya.
Baca: Gerilyapolitik.com, Tim Anies - Sandi Akan Tempuh Jalur Hukum
Bunaiya menuturkan dirinya dicekik dan didorong keluar ruangan oleh petugas tersebut. “Petugas itu bilang, ‘gue protokoler sini. Lu jangan macam-macam. Dia bilang gitu sambil cekik dan dorong saya keluar ruangan,” ucap dia.
Meski telah mengaku sebagai wartawan dari RMOL, kata Bunaiya, protokoler Kementerian PUPR tetap tak memperdulikannya. “Dia bilang ’Bodo amat lu dari Rakyat Merdeka kek’,” tuturnya.
Tak terima dengan perlakuan tersebut, Bunaiya kemudian berangkat menuju Kepolisian Polda Metro Jaya untuk membuat laporan atas kekerasan yang ia alami tersebut.
AHMAD FAIZ | DESTRIANITA