TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengungkapkan sulitnya menjadi orang sabar. Dia pernah merasa kesabarannya diuji ketika mendapatkan hadangan dan hinaan saat masa kampanye Pilkada DKI 2017.
"Orang sabar itu artinya menerima apapun,” kata Djarot saat berbuka puasa bersama di kantor DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta, Ahad, 18 Juni 2017. “Dicaci saya terima, dihadang saya terima, dihina kami terima, dipukul pun saya terima."
Djarot bisa menerima itu semua karena belajar dari Kho Ping Hoo, penulis cerita silat Mandarin asal Sragen, Jawa Tengah. Djarot mengatakan hingga kini masih suka membaca karya-karya Kho Ping Hoo. Dalam salah satu ceritanya, Djarot mengingat ada sebuah jurus tanpa jurus. "Dipukul, bolong, enggak akan kena. Jurus tanpa jurus itu jurus tanpa bayangan," ujarnya.
Djarot berharap, sikap seperti itu juga bisa diterapkan oleh kader-kader di partainya. Namun, Djarot meminta mereka melakukan perlawanan jika ada pihak yang mengganggu ideologi dan NKRI. "Kita tegak seperti batu karang. Yang mengganggu Pancasila kita hantam. Siapa yang mengganggu NKRI kita hantam," katanya.
Baca: Djarot Temui Ahok di Penjara, Bahas Pembangunan Masjid
Menurut Djarot, Pancasila sebagai ideologi Indonesia adalah keputusan final. Ideologi tersebut tidak diubah berdasarkan agama karena akan memecah kesatuan. Ia juga menilai pihak yang ingin mengubah ideologi Pancasila sebagai orang yang tidak belajar sejarah.
PDI Perjuangan, kata Djarot, paham bahwa Indonesia memiliki keberagaman dan tidak bisa diseragamkan. Menurut dia, Tuhan saja tidak marah dengan keberagaman itu. "Malah Islam diturunkan untuk membawa keselamatan bagi seluruh orang yang beragam," katanya.
FRISKI RIANA