TEMPO.CO, Jakarta - Selasa lalu, dari Kairo, Mesir, Mohamed Salah dikabarkan tiba di Liverpool dan langsung menjalani tes kesehatan di Melwood, kamp latihan klub itu. Bila semua oke, paling lambat pada akhir pekan ini dia akan punya status baru sebagai pemain Liverpool.
Inggris sempat menjadi tempat yang salah bagi pemain berumur “jigo” alias 25 tahun itu. Tiga tahun lalu, Salah, yang sudah diincar banyak klub, termasuk Liverpool yang ketika itu dipegang Brendan Rodgers, memutuskan untuk bergabung dengan Chelsea. Semua gara-gara telepon langsung dari Jose Mourinho yang membuatnya memilih berlabuh ke London.
“Kami harus mencari pemain muda, dengan kaki kiri yang bagus dan cepat,” kata Mourinho. “Salah adalah pemain yang bisa mencari ruang dan dia adalah pilihan yang bagus.”
Kehebatan Salah memang terlihat saat dia bermain di klub Basel, Swiss. Namun nyatanya harapan Mourinho itu salah besar. Di klub itu, dia hanya bermain sebanyak 19 kali. Dalam kesempatan berikutnya, Mourinho lebih suka menurunkan Oscar, Willian, Eden Hazard, dan Ramires sebagai gelandang serang.
Salah bernasib buruk. Dia kemudian dioper ke Fiorentina sebagai pemain pinjaman dan kemudian ke AS Roma. Tapi, di Seri A Liga Italia, performa Salah malah melejit.
Dua musim main di AS Roma, dia mencetak 33 gol dan 17 assist. Bukan catatan buruk. Apalagi di sana dia mempertunjukkan style pemain sayap yang berbeda. Dia bukan kebanyakan pemain yang mengirim umpan silang dari sayap, melainkan sering masuk dan menusuk ke kotak penalti. Eksekusi berikutnya, dia sikat langsung untuk jadi gol atau dioper ke pemain lain yang posisinya lebih strategis untuk menjebol gawang lawan.
Hal itu pula yang membuat Juergen Klopp kesengsem dengan si brewok. Salah kelak diplot menjadi pemain tambahan yang mampu mengobrak-abrik lini pertahanan lawan. Klopp memang kesal. Saat Sadio Mane tak ada di lapangan, daya desak dan lesak The Reds pudar.
Klopp merasa Salah cocok untuk dipekerjakan di posisi itu. Meski demikian, untuk mendapatkannya, klub itu diprediksi harus membuat rekor pembelian, yakni 40 juta pound atau Rp 671 miliar, melengserkan rekor sebelumnya ketika mendatangkan Andy Carrol pada 2011. Kelak, Salah akan digaji 90 ribu pound atau Rp 1,5 miliar tiap pekan.
Dengan statusnya sebagai pemain termahal itu, tentu akan menjadi modal kepercayaan dirinya untuk menepis kegagalan sebelumnya di Liga Primer. Bahkan kembalinya Salah ke Liga Primer salah satunya untuk membuktikan berbagai kesalahan yang dilakukan oleh Jose Mourinho, termasuk kepadanya.
Dua pemain lain yang dibuang Mourinho, yakni Kevin De Bruyne dan Romelu Lukaku, telah memberi jawaban. De Bruyne, yang dibuang ke Wolfsburg karena dianggap Mourinho sebagai pemain yang malas, malah tampil cemerlang bersama Manchester City. Lukaku? Dia sudah cukup banyak meninggalkan luka pada klub yang gawangnya dia jebol.
Tentu Salah tak mau salah lagi. Dia kembali ke Liga Primer dengan sosoknya yang baru: pemain termahal. Harapan klub pun diselempangkan padanya.
Hal yang terpenting, Mohamed Salah mendapatkan dukungan dari Klopp—pemain yang punya gaya tersendiri tidak saja asyik di lapangan dengan permainan tancap gasnya, tapi juga memiliki pendekatan pada pemainnya yang lebih hangat. Hal itu yang akan membedakannya dengan Mourinho—yang sempat membuangnya.
GUARDIAN | INDEPENDENT | IRFAN B