TEMPO.CO, Jakarta - Udaya Halim, 58 tahun, tak pernah jauh dari museumnya. Budayawan peranakan Tionghoa ini dilahirkan dan tumbuh menjadi remaja di jalan Cilame, kawasan Pasar lama Kota Tangerang, Banten. Dia pemilik Benteng Heritage Museum.
Usianya memang tak muda lagi, tetapi semangatnya merestorasi bangunan kuno, terutama rumah tua peninggalan leluhurnya, tak pernah surut.
Benteng Heritage Museum adalah sebuah bangunan berarsitektur Cina dengan atap pelana yang dibangun pada 1684. Karena tak diurus bangunan tersebut rusak dan keberadaannya terancam. Terdorong untuk menyelamatkannya, pada 2009 Udaya membeli bangunan tersebut. Ketika itu kondisi bangunan bersejarah itu sudah sangat amburadul. Dia berharap, setelah dibangun kembali museum banyak pihak terdorong untuk turut menjaga warisan budaya Tionghoa di Betawi tersebut.
Baca: Keramaian Museum Benteng saat Imlek
Tanpa mengubah arsitek aslinya, Udaya memperbaiki bangunan tersebut. Ia mempertahankan dinding bata, demikian pula lantai atas serta pintu dan jendela tetap menggunakan bahan kayu jati seperti semula.
Proses perbaikan berlangsung selama dua tahun. Akhirnya, pada 11 November 2011, Benteng Heritage dia diresmikan menjadi museum warisan budaya peranakan Tionghoa. Saban hari museum kedatangan ratusan orang. Rata – rata per bulannya mencapai 400 orang. Bahkan, pada pada Maret tahun lalu mencapai 669 pengunjung.
Museum Benteng Heritage sama menariknya dengan bangunan Klenteng Boen Tek Bio di Tangerang, yang dibangun pada abad 17. Dia juga menjadi musium Tionghoa peranakan pertama di Indonesia yang diakui UNESCO, badan PBB yang berkantor pusat di Paris, yang mengurusi pendidian dan kebudayaan.
Berhasil merestorasi Museum Benteng Heritage, tidak membuat Udaya puas hati. Dia masih memiliki cita-cita untuk mendirikan museum di tempat lain dan memperbaiki bangunan kuno warisan budaya Tionghoa yang lain. Rencananya, tahun depan dia hendak memperkenalkan Lasem, sebagai salah satu pusat turisme dunia. Kota kecil di Rembang, Jawa Tengah itu diyakini sebagai kampung peranakan Tionghoa yang pertama di Jawa.
AYU CIPTA