TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki libur Lebaran hari ketiga, beberapa tempat wisata di Jakarta bisa jadi pilihan untuk dikunjungi. Selain Taman Margasatwa Ragunan, Monumen Nasional, dan Taman Impian Jaya Ancol, Kawasan Kota Tua patut dikunjungi.
Kawasan wisata yang terletak di Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, kini sedang berbenah. Beberapa gedung peninggalan kolonial Belanda tengah dipugar. Selain menikmati museum dan bangunan tua yang bersejarah, di pelataran plaza depan Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah bisa ditemui banyak atraksi.
Dari meminjam sepeda ontel dengan berbagai warna sampai berfoto bersama dengan manusia patung. Para seniman patung itu mengecat tubuh mereka dengan berbagai karakter. Mulai tentara, noni Belanda, hingga bergaya karnaval.
Baca juga: 'Manusia Batu' Itu pun Ikut Bersih-bersih
Berbagai macam model manusia patung ini bisa jadi objek yang cocok untuk dipamerkan di akun Instagram dan media sosial lainnya. Salah satunya, model karnaval dengan mengusung mitos dewa burung dari suku Dayak. Dengan nuansa meriah, model ini mengenakan atribut seperti ekor burung yang mengembang dengan tinggi hampir dua meter.
Dani Ardiyansah, 33 tahun, manusia patung yang mengenakan busana karnaval, mengatakan tak setiap hari melakukan atraksi ini. "Saya tidak setiap hari begini. Ada kerjaan lain. Cuma Sabtu, Minggu, dan hari libur seperti sekarang ini," katanya saat ditemui Senin, 26 Juni 2017.
Untuk masalah pendapatan, Dani mengatakan tak tentu. "Ya terserah pengunjung. Sehari bisa cuma Rp 20 ribu, tapi kalau ramai, bisa Rp 500 ribu," kata dia.
Selain berswafoto, pengunjung bisa membeli berbagai oleh-oleh hasil kerajinan tangan yang dijual di kawasan ini. Andre, seorang penjual kerajinan, mengatakan kalung dengan bandul tulang sapi yang ia buat mengambil bahan baku dari limbah.
Baca juga: Gubernur Ahok Gratiskan Foto Pre-Wedding di Kota Tua
"Bandul ini berasal dari tulang sapi yang merupakan limbah dari tukang bakso dan soto. Ada juga yang terbuat dari limbah gigi celeng," kata dia.
Ketika ditanya alasan menggunakan limbah, Andre menjawab karena ia melihat banyak limbah yang tak diolah dari para pedagang makanan. "Untuk di Jakarta, banyak limbah yang tidak bisa diolah dan bingung mau diapakan. Jadi saya olah menjadi bermanfaat, yaitu asesoris kalung," kata Andre yang sudah menekuni usaha itu selama tujuh tahun.
MARIA FRANSISCA