TEMPO.CO, Medan - Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Polri membawa tiga tersangka pelaku teror di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) ke Jakarta, Rabu, 28 Juni 2017 sekitar pukul 14.00. Ketiganya, yaitu Syawaluddin Pakpahan, Hendry Pratama alias Boboy dan Firmansyah Putra Yudi. Sementara satu tersangka lain, Ardial Ramadhana yang tewas ditembak telah dimakamkan di Pekuburan Muslim, Jalan Kemiri, Simpang Limun, Medan.
"Ketiga tersangka dibawa Densus 88 ke Jakarta dari Bandara Kualanamu," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sumut Komisaris Besar Rina Sari Ginting. Selain ketiga tersangka, personel Densus 88, sambung Rina, juga membawa seluruh barang bukti.
Baca juga: Polisi Kawal Pemakaman Pelaku Teror di Polda Sumut
Barang bukti yang sudah disita dari berbagai tempat di antararanya dari rumah Syawaluddin Pakpahan; rumah orang tua Ardial Ramadhana; percetakan di Jalan Sisingangaraja, Medan; dan barang bukti pisau dari lokasi penyerangan di Pos Jaga III Markas Polda Sumut."Seluruh barang bukti sudah dibawa Densus 88," tutur Rina.
Adapun 12 saksi yang berdasarkan hasil pemeriksaan Densus 88 tidak terlibat dalam penyerangan PosJaga III, sudah dikembalikan kepada keluarga masing-masing. "Mengembalikan kepada keluarganya saksi - saksi yang berdasarkan hasil pemeriksaan tidak terlibat," ujarnya.
Baca Juga:
Dalam penyerangan di Markas Polda Sumut itu, Ajun Inspektur Satu Martua Sigalingging, anggota Pelayanan Markas Polda Sumut tewas mengenaskan dengan luka tikam di tubuh dan wajahnya serta luka bakar pada Ahad 25 Juni 2017 sekitar pukul 03.00. Dia diserang oleh Syawaluddin Pakpahan dan Ardial Ramadhana yang menyusup ke dalam Markas Polda Sumut dengan melompati pagar.
Simak pula: Polisi Tetapkan Empat Tersangka Teror di Polda Sumut
Keduanya membunuh Aiptu Martua Sigalingging yang sedang tertidur di Pos Jaga III (pos penjagaan pintu keluar Markas Polds Sumut) karena kondisinya tidak sehat. Kepala Polda Sumut Insektur Jenderal Rycko Amelza Dahniel menyebut pelaku penyerangan itu merupakan jaringan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah. Motif penyerangan itu untuk merampas senjata yang akan digunakan pada aksi-aksi serangan berikutnya kepada anggota Polri dan TNI. Teror itu, ujar Rycko, sudah dirancang oleh pelaku sepekan sebelum kejadian.
SAHAT SIMATUPANG