TEMPO.CO, BANDUNG - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, lonjakan harga daging ayam dan telur jelang selama sepekan menjelang Hari Raya Lebaran lalu bukan ulah kartel. “Tidak, karena itu lebih banyak (ulah) pada pedagagang di level bawah. Sebab yang besar-besar, mereka gak berani, sudah gak berani. Kalau berani resikonya terlalu berat dan terlalu mahal berhadapan dengan pemerintah. Kita keras sekali,” kata dia di Bandung, Rabu, 28 Juni 2017.
Simak: Kiat Terhindar dari Asam Urat dan Kolesterol Saat Lebaran
Enggar mengatakan, harga ayam jelang Lebaran diakuinya sempat tembus di harga Rp 40 ribu per kilogram. “Tapi itu hanya beberapa hari, tapi dalam beberapa hari kemudian turun karena suplaynya banyak,” kata dia.
Sebelumnya, Enggar mengaku sengaja melepaskan kendali harga ayam dan telur jelang Lebaran karena peternak terancam merugi akibat pasokannya berlimpah. Kenaikan harga jelang Lebaran itu menjadi kompensasinya. “Itu merecover, ada sedkit keuntunganya kita hitung itu. Kalau disebut-sebut sebagai Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu, per ayamitu rata-rata 1,3 kilogram sampai 1,5 kilogram. Kalau dihitung per kilonya itu masih sangat rendah,” kata Engggar.
Simak: Cek Harga, Bupati Purwakarta Turun ke Pasar
Menurut Enggar, situasi seruupa terjadi pada telur ayam. “Pada waktu itu, pada H-10 di 2 pasar saya sedih karena harganya terlalu rendah. Di Pasar Cilegon itu telur Rp 18 ribu (per kilogram) di pasar, sedangkan kita mengeluarkan Permendag (penetapan harga telur) Rp 18 ribu itu pembelian di peternak,” kata dia.
Enggar mengatakan, intervensi yang dilakukannya untuk tata niaga daging ayam dan telur dilakukan di level distribusinya. “Memang waktu itu yang kita intervensi di tengah ini. Kita kasih tahu peternaknya, sumber peternak, naikin aja, kalau yang lain anda turunin. Memang masih ada ekses tapi kenaikannya sama sekali tidak besar,” kata dia.
Menurut Enggar, kenaikan harga daging ayam rata-rata jelang Lebaran masih dalam toleransi. “Sampai dengan kemarin kenaikan harga ayam itu 5,6 persen, kenaikannya jadi masih batas normal,” kata dia.
Kendati demikian, Enggar mengatakan, situasi lonjakan harga ayam 7 hari jelang Lebaran itu menjadi catatan Kementeriannya. “Stoknya banyak, dan memang memanfaatkan di H-7, satu catatan. Tapi tidak semua tertekan. Jadi yang marginnya besar ini di bandar, tapi peternak kita cek di daerah-derah mereka juga naikkan, cuma kenaikannya tidak signifikan yang diperoleh bandar, tapi peternak juga menikmati,” kata dia.
AHMAD FIKRI