TEMPO.CO, Manila - Direktur Pertahanan Sipil Regional Pemerintah Filipina, Liza Mazo mengatakan bahwa setidaknya 400 ribu warga di kawasan Marawi dan Filipina Selatan telah mengungsi selama perang yang terjadi antara kelompok Maute dengan pemerintah.
"Bukan hanya penduduk kota yang meninggalkan (Marawi), tapi juga orang yang tinggal di sekitarnya," kata Liza seperti dikutip dari Channel NewsAsia, Sabtu 2 Juli 2017.
Sejauh ini pemerintah telah merinci ada 389.300 penduduk yang melarikan dari Marawi dan wilayah sekitar Filipina Selatan.
Dari jumlah itu, pemerintah hanya berhasil mengevakuasi 70.380 warga dan menempatkannya di 79 kamp pengungsian. Sisanya, menurut laporan, memilih mengungsi bersama keluarga di kota lain.
Data departemen kesejahteraan sosial membeberkan bahwa dampak perang Marawi ini mengakibatkan wabah penyakit di tempat pengungsian.
Liza menemukan wabah penyakit kulit berbahaya. "Ada kasus penyakit kulit dan gastroenteritis yang mengkhawatirkan," tutur dia.
Pihaknya ingin segera mengendalikan wabah. Karena penyakit itu tidak hanya terjadi di kamp pengungsian, tapi juga di rumah-rumah warga yang dijadikan pengungsian. Saat ini tim kesehatan pemerintah telah berjuang untuk meredam wabah penyakit kulit.
"Ada juga kasus trauma psikologis akibat pertempuran ini," kata Liza. Perang itu menimbulkan trauma bagi warga.
Sepanjang perang meletus beberapa waktu lalu, sekitar 400 orang dilaporkan tewas. Marawi pun menjadi kota mati. Bangunannya hancur, tak berpenghuni.
Milisi Maute, kelompok terafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah(ISIS), hingga kini masih menguasai sebagian besar kota Marawi.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte sebelumnya juga telah mengumumkan darurat militer. Pekan ini ia berjanji akan menumpas habis kelompok pemberontak. "Kami tidak akan pergi dari sana sampai teroris terakhir dieksekusi," ucap Duterte dalam sebuah pidato beberapa hari lalu.
Militer Filipina sempat menyerang menggunakan helikopter dan kendaraan lapis baja. Namun serangan itu tak mudah mengalahkan kelompok Maute. Kini justru mereka telah menguasai pusat kota Marawi. Para penembak jitu dan alat peledak Maute dikerahkan untuk menghadang militer Filipina memasuki kota.
CHANNEL NEWSASIA | AVIT HIDAYAT