TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pihaknya telah menyampaikan kemungkinan adanya pelebaran defisit dari sebelumnya 2,41 persen menjadi 2,6 persen kepada DPR.
"Kami sudah sampaikan di APBN Perubahan. Adanya perubahan ini karena ada perubahan komposisi dari sisi penerimaan belanja negara," ujarnya usai halal bihalal, di kantornya, Jakarta, Senin, 3 Juli 2017.
Sri Mulyani mengatakan realisasi APBN 2017 pada semester 1 dan kemungkinan pelebaran defisit ini juga akan disampaikan secara langsung kepada dewan dalam waktu dekat. Dia menuturkan akan tetap menjaga defisit anggaran sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu di bawah 3 persen.
Baca: Realisasi Defisit Anggaran Mencapai 75,6 Persen dari Target
Sri Mulyani sebelumnya menjelaskan pelebaran defisit itu disebabkan oleh permintaan belanja yang meningkat dan adanya perubahan asumsi makro dalam APBN. "Jadi akan kami hitung semua untuk mendapatkan postur yang mengakomodasi belanja yang mendesak dan untuk mengurangi beban subsidi," katanya. Hal tersebut dijaga agar tidak menganggu sustainability dari APBN.
Sri Mulyani melanjutkan pemerintah terus berupaya menjaga tingkat utang secara hati-hati. Dia ingin mengurangi pendanaan pembangunan yang bersumber dari utang, dan menggenjot penerimaan pajak, dengan melakukan reformasi perpajakan. "Kami terus memantau potensi penerimaan dari aktivitas ekonomi, juga menjaga belanja kita agar baik dan hati-hati, jadi tidak asal belanja," ucapnya.
Simak: Sri Mulyani Beberkan Pemicu Penyelewengan Anggaran
Menurut dia perlu dilakukan penentuan prioritas dan efisiensi belanja, sehingga terdapat keseimbangan penerimaan. "Dengan strategi belanja itu kami harapkan defisit akan terus menerus bisa ditekan."
Sri Mulyani mencontohkan sejumlah pos belanja utama, seperti pendidikan dan kesehatan, yang tidak bisa ditunda. Sri Mulyani berujar pihaknya sebisa mungkin mengelola penerimaan pajak agar dapat memenuhi kebutuhan dasar itu. "Kalau pun berutang sedapat mungkin untuk belanja modal dan menghasilkan produktivitas juga tingkat pengembalian yang bisa terbayarkan kembali," ujarnya.
Sri Mulyani mengungkapkan posisi utang Indonesia secara nasional dibandingkan produk domestik bruto (PDB) masih berada di bawah 30 persen. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti India, menurut dia defisit anggaran Indonesia masih jauh lebih kecil.
"Apalagi jika dibandingkan dengan negara emerging lain seperti Brazil, Meksiko, dan Argentina, kita termasuk yang masih relatif hati-hati," ucapnya.
Sri Mulyani menyatakan pemerintah berkomitmen untuk mengelola utang secara hati-hati dan transparan, sehingga tidak mengkhawatirkan masyarakat. "Masyarakat bisa memahami, melihat pilihannya kenapa kita berutang, dan untuk apa kita berutang, lalu bagaimana mengelolanya."
GHOIDA RAHMAH