TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan Presiden Joko Widodo memberikan tugas dan menitipkan pesan setelah melakukan kunjungan kerja ke Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini.
Baca: OJK Luncurkan Akses Keuangan Syariah untuk...
Nurhaida menuturkan secara keseluruhan Presiden Jokowi meyakinkan bahwa saat ini perekonomian Indonesia dalam kondisi baik, tampak dari situasi pasar modal yang bagus. Sehingga optimisme perbaikan ke depan sangat mungkin terjadi.
"Kita punya dasar kuat untuk optimis, kalau dilihat dari indeks saja mencapai tertinggi kan 5.900," ujarnya, di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa, 4 Juli 2017.
Nurhaida menambahkan, ada harapan besar ke depan pasar modal dapat membantu mendanai pembiayaan pembangunan infrastruktur dalam negeri, atau tak melulu dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). "Kita harus lebih giat memperdalam pasar modal dan itu kita lakukan dengan banyak program yang membuat pasar modal lebih diminati dan dipercaya," katanya.
Nurhaida berujar saat ini pembiayaan atau funding dari pasar modal telah meningkat pesat, atau mencapai 60 persen dibandingkan semester pertama tahun lalu. Dia berharap momentum ini dapat terus terjaga seiring dengan perbaikan peringkat investasi Indonesia, salah satunya dari Standard & Poor (S&P).
"Ini membuat kepercayaan masyarakat juga meningkat, begitu ada investment grade, cost of capital menjadi turun, risiko negara menjadi berkurang," ucap Nurhaida.
Hal itu, menurut Nurhaida, akan memberikan multiplier effect di mana contohnya adalah akan ada perusahaan-perusahaan yang menerbitkan obligasi untuk melakukan pembangunan. Hingga Juni 2017, total pendanaan dari initial public offering (IPO), right issue, dan obligasi sudah mencapai Rp 143 triliun. "Kalau dibandingkan di akhir tahun lalu kita Rp 165 triliun, ini setengah tahun sudah Rp 143 triliun."
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan pihaknya bersama OJK, Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Keuangan juga telah sepakat untuk menjalin kerja sama tentang data, informasi, dan produk.
"Kita berusaha gedein pasar sehingga infrastruktur tidak selalu dari dana APBN, bursa, dan OJK yang bikin produknya," ujar Tito.
Baca: BEI: 5 Perusahaan Masuk Bursa Sebelum Lebaran
Tito menambahkan, pihaknya akan menjalankan tugas terkait dengan likuiditas, informasi, dan kapitalisasi pasar (market capitalization) dengan optimal. Target market capitalization yang dipasang adalah menembus Rp 6.500-7.000 triliun. "Jadi saya lebih lihat ke market cap, kalau harga saham kan oleh pasar, dan indeks itu biasanya adalah faktor dari itu."
GHOIDA RAHMAH