TEMPO.CO, New York—Amerika Serikat melalui wakilnya di Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengancam akan menggunakan kekuatan terhadap Korea Utara, “Jika diperlukan.”
Seperti dilansir Reuters, Kamis 6 Juli 2017, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan dalam sidang Dewan Keamanan Rabu lalu, bahwa aksi terbaru Korut meluncurkan uji coba rudal antarbenua, menutup pintu bagi solusi diplomatik.
“Amerika Serikat siap membela diri dan sekutunya, termasuk dengan kekuatan militer jika perlu,” kata Haley.
Baca: Uji Coba Rudal Korea Utara, Analis: Bisa Menjangkau Alaska
Namun, ia menembahkan, AS menghindari konfrontasi militer dan fokus pada peningkatan sanksi.
Mereka melihat Cina punya peran kunci dalam jalan ini, karena 90 persen perdagangan Korea Utara adalah dari Negeri Tirai Bambu. "Kami akan bekerjasama dengan Cina," ujar Haley.
Haley mengatakan Washington sedang mengerjakan draf resolusi berisi sanksi baru untuk rezim Kim Jong-un karena uji rudal antarbenua sebagai Korea Utara membuat 'dunia menjadi semakin berbahaya'.
"Dalam hari-hari mendatang, kami akan membawa sebuah resolusi ke DK PBB yang proporsional untuk eskalasi Korea utara," tutur dia.
Cina mengatakan kepada DK PBB, sanksi militer bukanlah sebuah pilihan untuk mengakhiri permasalahan soal Korea Utara. "Cina selalu tegas melawan kekacauan dan konflik di semenanjung Korea. Aksi militer pasti bukanlah opsi dalam hal ini," kata Duta Besar China untuk PBB, Liu Jieyi.
Rusia menyatakan hal senada. Menurut wakil Rusia untuk PBB, opsi militer terhadap Korea Utara tidak dapat diterima.
Baca: Rusia dan Cina Menentang Uji Coba Rudal Balistik Korea Utara
"Semua harus paham bahwa sanksi tak akan mengurai masalah," kata Wakil Deputi Duta Besar Rusia Vladimir Safronkov pada sesi dewan darurat. "Semua usaha untuk membenarkan solusi militer tidaklah dapat diterima," kata Safronkov.
Korea Utara berhasil meluncurkan uji coba rudal antarbenua yang disebut analis dapat mencapai wilayah Alaska di Amerika Serikat, tepat pada peringatan Kemerdekaan Negeri Abang Sam pada 4 Juli lalu. Rudal ICBM yang diuji coba itu terbang sejauh 885 kilometer dan jatuh di perairan barat Jepang.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un seperti dikutip kantor berita KCNA menegaskan bahwa peluncuran ini merupakan hadiah bagi,” Amerika yang brengsek.”
REUTERS | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI