TEMPO.CO, Jakarta - Erick Thohir, pengusaha Indonesia yang pernah memiliki saham mayoritas Inter Milan, berpendapat bahwa Indonesia harus sangat serius bersiap jika ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) ini tidak yakin Indonesia mampu mewujudkan mimpi besar tersebut di tahun 2034. Apa alasannya?
Berikut ini kutipan wawancara Sapto Yunus, Mohamad Reza Maulana, dan Indra Wijaya dari Tempo dengan Erick di Jakarta, pekan lalu, berkaitan dengan dunia sepak bola.
Menurut Anda, realistiskah rencana Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034?
Kalau ini serius, harus segera buat tim untuk mempersiapkannya. Bayangkan, Kejuaraan Dunia Antarklub yang kurang dari dua pekan saja butuh biaya bidding US$ 25 juta (setara dengan Rp 333 miliar). Lalu harus punya delapan sampai sepuluh stadion berkapasitas di atas 59 ribu. Apa kita siap?
Baca: WAWANCARA, Erick Thohir: Saya Dilarang Mundur dari Inter Milan
Anda menjual saham Inter Milan dengan pertimbangan harganya saat itu sedang bagus?
Itu pilihan. Dalam bisnis, kalau bisa mendorong usaha kita lebih bagus, kenapa tidak? Saham kita jadi mayoritas, tapi perusahaan jadi lebih besar, tidak ada ruginya. Apalagi, dalam sepak bola, pengusaha hanyalah operator untuk fans. Kami punya tanggung jawab moral kepada mereka. Makanya saya selalu ingin mendorong Inter Milan jadi lebih bagus.
Baca: WAWANCARA, Erick Thohir: Saham Dijual, Inter Milan Juga Untung
Apa upaya Anda untuk meningkatkan harga saham klub?
Prinsipnya, makin sehat perusahaan, makin baik valuasinya. Sebagai pengusaha, prinsip saya selalu create value. Bukan cuma perusahaan, tapi juga karyawan.
Pernah bikin survei kepuasan suporter terhadap kinerja Anda?
Tidak pernah. Tapi saya yakin mayoritas happy. Inter Milan semakin hari semakin bagus.
Baca: WAWANCARA, Erick Thohir: Saya Tidak Seperti Roman Abramovich
Tapi sekelompok suporter Inter sampai meninggalkan stadion saat tim bertanding karena kalah terus?
Protes itu terjadi setelah Inter Milan menang beruntun, lalu kalah beruntun. Bingung, kan? Itu dinamika olahraga. Kondisi seperti itu berhubungan dengan pernyataan pelatih kami, Luciano Spaletti, ”Saya hanya ingin pemain yang punya jiwa untuk Inter.”
DON