TEMPO.CO, Jakarta - Ratu Tisha Destria adalah penoreh sejarah dalam organisasi sepak bola tanah air, Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia alias PSSI. Ia menjadi wanita pertama yang menjadi Sekretaris Jenderal, yakni untuk masa tugas 2017-2020
Ia merasa seperti hidup dalam dunia dongeng. Dari seorang pelopor ekstrakurikuler sepak bola tingkat SMA, dia menjelma menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia 2017-2020. "Ini tuh kayak dongeng, kalau diceritakan bisa panjang," ujarnya sembari terkekeh. Namun tanggung jawab Tisha bukanlah cerita pengantar tidur. Di tangannya, prestasi sepak bola Indonesia dipertaruhkan.
Kecintaan Tisha pada sepak bola berawal ketika ia dan beberapa kawannya mendirikan kegiatan ekstrakurikuler sepak bola di SMA Negeri 8, Jakarta. Sebuah kegiatan yang tak lazim kala itu, mengingat almamaternya identik dengan kegiatan dan prestasi di bidang akademik.
Tisha dan kawan-kawannya berkeyakinan sekolah mereka juga bisa berjaya di bidang olahraga. Kegiatan yang sempat dipandang sebelah mata ini perlahan menjadi pusat perhatian setelah mereka menjuarai sebuah kompetisi sepak bola, tak lama dari waktu ekstrakurikuler tersebut diresmikan.
Lepas dari seragam putih-abu-abu, Tisha melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung dan bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Persatuan Sepak Bola ITB. Lulus kuliah pada 2008, Tisha mendirikan LabBola-perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyedia data analisis spesifik olahraga.
Dia semakin terbenam dalam dunia olahraga ketika pada 2013 melanjutkan kuliah S-2 di FIFA Master di Inggris, Italia, dan Swiss selama 1,5 tahun. Pada akhir April 2016, ia ditunjuk menjadi Direktur Kompetisi dan Operasional PT Gelora Trisula Semesta-operator Indonesia Soccer Championship 2016. Selanjutnya, ia diangkat sebagai Direktur Kompetisi dan Operasional PT Liga Indonesia Baru-operator kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1.
Puncak dongeng Tisha terjadi dua pekan lalu. Ketika itu dia terpilih sebagai Sekjen PSSI menggantikan pejabat sebelumnya, Ade Wellington, yang mundur pada April silam. Berikut ini petikan wawancara Tisha oleh wartawan Tempo, Aisha Shaidra dan Reza Maulana, pada pekan lalu.
Apa yang mendorong Anda melamar menjadi Sekjen PSSI?
Ini bicara soal motivasi. Ada hal yang mendorong saya yang sudah cinta sepak bola ini, lalu terjun mengurusi sepak bola dari SMA, lanjut ke universitas sebagai manajer Persatuan Sepak Bola ITB yang tergabung dalam liga mahasiswa Jawa Barat. Kemudian membangun perusahaan statistik sepak bola dan lanjut ambil FIFA Master.
Terus saat ada kesempatan ini. Begitulah kira-kira motivasi yang mendorong saya. Sehingga bukan sekejap mata, atau dalam hitungan 1-2 bulan. Semua ini melalui proses yang panjang.
Selanjutnya: Target dalam karier