TEMPO.CO, Chicago - Kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun tipis pada Senin atau Selasa pagi waktu Indonesia, 25 Juli 2017. Turunnya harga emas antara lain dipicu penguatan dolar Amerika Serikat setelah turun tajam pada pekan lalu.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus turun US$ 0,6 dolar atau 0,05 persen menjadi menetap di US$ 1.254,30 per ounce. Ukuran luas mata uang Amerika, dolar Amerika, yang membandingkan greenback terhadap setengah lusin mata uang lain, turun sekitar 1,7 persen selama bulan ini, tapi naik tipis 0,2 persen menjadi 94,03 pada pukul 19.30 GMT.
Komoditas-komoditas yang dihargakan dalam dolar Amerika sering diperdagangkan terbalik dengan dolar Amerika. Sebab, pergerakan di unit Amerika dapat mempengaruhi daya tarik komoditas-komoditas itu kepada para pemegang mata uang lain.
Harga emas telah mencatat penutupan tertinggi dalam satu bulan terakhir pada Jumat, 21 Juli 2017. Kenaikan harga emas mencapai lebih dari dua persen dalam sepekan karena gejolak seputar Gedung Putih mendorong permintaan terhadap aset-aset safe haven logam mulia. Sehingga dolar yang goyah meningkatkan daya tarik emas bagi para investor yang menggunakan mata uang lain untuk membeli logam mulia.
Pada pekan ini, perhatian beralih ke pertemuan kebijakan Federal Reserve. Para analis mengatakan The Fed tidak diharapkan menyampaikan arahan kebijakan baru, tapi mungkin akan menyampaikan perubahan bagaimana data ekonomi saat ini sesuai dengan pandangan Fed tentang ekonomi dunia.
Untuk logam mulia lain, perak untuk pengiriman September turun 1,4 sen atau 0,09 persen menjadi ditutup pada US$ 16,443 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun US$ 5,1 atau 0,54 persen menjadi ditutup pada US$ 932,3 per ounce.
ANTARA