TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhammad Syarif mengatakan Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian sebelumnya telah berkoordinasi dengan pimpinan KPK terkait dengan sketsa wajah terduga pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan. Namun, kata Laode, saat itu sketsanya belum rampung. "Saat itu masih pengembangan," ucapnya di gedung KPK, Jakarta, Rabu, 2 Agustus 2017.
Menurut Laode, sketsa yang ditunjukkan kepada pimpinan KPK saat itu sama dengan yang diperlihatkan Kapolri saat jumpa wartawan setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Senin, 31 Juli lalu. "Ya, sudah mirip," katanya.
Baca: Novel Baswedan Diserang Secara Sistematis, Indikasinya...
Kapolri Jenderal Tito Karnavian, saat jumpa wartawan, mengatakan sketsa yang dia tunjukkan itu dibuat dua hari setelah mendengar keterangan seorang saksi yang melihat terduga pelaku sebelum peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel terjadi. "Diduga dia adalah pengendara sepeda motor penyerang," kata Tito.
Novel diserang saat berjalan pulang setelah menunaikan salat subuh di masjid dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, 11 April lalu. Ketika itu, dua orang yang berboncengan menyiramkan air keras ke wajahnya. Akibatnya, penyidik senior KPK itu mengalami luka di bagian mata dan wajahnya. Sehari setelah kejadian itu, Novel diterbangkan ke Singapura untuk menjalani perawatan dan hingga kini masih menjalani pengobatan jalan di sana.
Menurut Tito, saksi melihat sosok mencurigakan sebelum penyerangan terhadap Novel Baswedan terjadi. Sosok tersebut berdiri tidak jauh dari masjid tempat Novel salat subuh.
Demi keamanan, Tito enggan menyebutkan saksi tersebut. Dari penjelasan Tito, proses pembuatan sketsa menggunakan teknologi mutakhir. Bahkan penyidik Polri menggandeng kepolisian dari Australia. "Ini statusnya (hasil sketsa) baik. Artinya mendekati wajah yang dilihat saksi," tuturnya.
Dari pengamatan saksi, terduga pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan diperkirakan memiliki tinggi badan sekitar 170 sentimeter dengan ciri-ciri fisik kulit hitam, rambut keriting, dan berbadan ramping. Bila dibandingkan, Tito menilai, ciri-ciri tersebut berbeda dengan orang-orang yang sudah diperiksa oleh penyidik, yaitu M, H, seorang anggota Polri, dan Lestaluhu. "Saksi menyatakan negatif dan alibi mereka tidak ada di TKP," kata Tito.
IRSYAN HASYIM | RW