TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengimbau masyarakat agar mewaspadai benih-benih yang membuat perpecahan antar dan inter agama, dengan cara mengadu domba sesama umat beragama. Menurut Gatot, benih-benih perpecahan yang kini sudah muncul itu berpotensi menjadikan Indonesia sebagai kancah konflik antar agama.
“Jangan sampai ada pertikaian dan konflik antar agama yang dapat merusak, menghancurkan bangsa dan negara, jangan sampai itu terjadi. Hal ini yang membuat perpecahan antar masyarakat, antar kelompok agama, dan antar saudara-saudara kita sendiri,” kata Gatot melalui pernyataan tertulisnya, Sabtu 5 Agustus 2017.
Gatot mengatakan Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang memiliki 17 ribu pulau, 1.340 ribu suku, dan 1.150 ribu bahasa daerah. Untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara Republik Indonesia sepanjang masa, kita harus menguatkan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
“Itulah yang harus tetap kita jaga dan bina. Kuncinya adalah Pancasila sebagai dasar negara sekaligus ideologi bangsa Indonesia, karena Pancasila dirumuskan dengan nilai-nilai Ketuhanan yang sudah disepakati oleh para pemuka agama pada awal kemerdekaan,” ujar Gatot.
Gatot melanjutkan, Bung Karno pernah mengingatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berideologi Pancasila bukan milik satu golongan, bukan milik satu agama, bukan milik satu suku, tetapi milik kita semuanya dari Sabang sampai Merauke.
Demikian juga Presiden Joko Widodo pernah mengingatkan bahwa Pancasila harus diamalkan, dikonkritkan, diimplementasikan, dikerjakan secara kehidupan berbangsa dan bernegara serta dalam kehidupan sehari-hari.
“Bila tidak ada Islam bukan Indonesia, bila tidak ada Kristen bukan Indonesia, bila tidak ada Katolik bukan Indonesia, bila tidak ada Hindu bukan Indonesia, bila tidak ada Buddha bukan Indonesia dan bila tidak ada Khonghucu bukan Indonesia. Itulah Indonesia kita yang indah,” kata Gatot.
Di sisi lain Gatot mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa patriot yang berjiwa ksatria. Bila ada yang mengusik rasa kebangsaannya, mereka akan melawan. Sebab, kata dia, di tubuh bangsa mengalir darah ksatria yang dibuktikan dengan setiap suku bangsa Indonesia memiliki tarian perang dan senjata perang untuk mempertahankan diri.
Gatot mengungkapkan bahwa perjuangan rakyat yang beratus-ratus tahun lamanya tidak membuahkan hasil karena masih bersifat kedaerahan. Para pejuang, tokoh agama, dan pemuda menyadari hal itu. Maka muncul rasa persatuan dan kesatuan dalam perjuangan hingga lahir Sumpah Pemuda tahun 1928.
Karena itu lah, lanjut Gatot, hanya memerlukan waktu 17 tahun kemerdekaan bisa direbut. “Bangsa ini bergotong royong dipelopori oleh para pahlawan dan rakyat,sehingga dapat merebut kemerdekaan dengan senjata apa adanya,” ucap dia.
MAYA AYU PUSPITASARI