TEMPO.CO, Jakarta - Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan pertumbuhan ekonomi Jakarta mengalami penurunan tapi masih jauh lebih baik daripada ekonomi nasional. Pernyataan Dendi tersebut menanggapi rilis Bank Indonesia tentang perekonomian DKI Jakarta pada triwulan kedua 2017 yang melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya.
"Penurunan pertumbuhan ekonomi sebetulnya banyak dipengaruhi faktor liburan atau cuti bersama yang lama selama triwulan tersebut," ujar Dendi, Rabu, 9 Agustus 2017.
Selain itu, menurut Dendi, berlangsungnya operasi kendaraan niaga yang lama menjadi 14 hari, padahal tahun lalu hanya 8 hari, juga menyumbang penurunan pertumbuhan ekonomi. "Ke depan yang perlu diwaspadai adalah bagaimana menggenjot belanja pemerintah ke depan, dan hal ini tidak terulang di tahun mendatang," ucapnya.
Baca: Sekda DKI: Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Mengkhawatirkan
Dendi menuturkan penurunan tersebut merupakan siklus APBN, yang pada semester pertama tahun 2017 rendah meskipun seharusnya bisa lebih baik. Menurut dia, kinerja ekspor memang bergantung pada permintaan pasar luar negeri, tapi upaya peningkatan daya saing harus terus diupayakan. "Saya kira sektor industri pengolahan, konstruksi, perdagangan besar, serta eceran-reparasi mobil dan sepeda motor akan tumbuh tinggi," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia menyatakan pelambatan ekonomi di Jakarta disebabkan oleh pelemahan kinerja ekspor dan impor, juga belanja pemerintah. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan ini turun menjadi 5,96 persen year-on-year (yoy) dari 6,45 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Namun pertumbuhan ekonomi sepanjang semester pertama 2017 tercatat 6,20 persen customer-to-customer (C2C), lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 5,89 persen C2C.