TEMPO.CO, Jakarta – Lurah Pulau Untung Jawa, Ade Slamet, mengeluhkan sistem penyediaan air minum dengan teknologi seawater reverse osmosis (SWRO) atau penyulingan air laut menjadi air tawar di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. Hal ini karena sistem penyulingan air tersebut belum beroperasi secara penuh meski SWRO sudah diresmikan sejak awal 2017.
"Nilai proyeknya cukup besar dan bangunan megah, cuma sejak diresmikan Februari 2017 sampai sekarang belum beroperasi maksimal," kata Ade di kantor Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, Sabtu, 12 Agustus 2017.
Baca: Paceklik Air Bersih, Gunungkidul Undang Investor Swasta
Ade mengatakan SWRO di Pulau Untung Jawa disebut-sebut dapat menghasilkan air sebanyak 80 meter kubik per hari pada awal pembangunannya. Faktanya, air yang dialirkan ke rumah warga hanya sekitar 50 meter kubik per hari. "Sementara di sini ada lebih dari 500 rumah. Jadi masih kekurangan," katanya.
Baca: Puluhan Ribu Warga DI Yogyakarta Kekurangan Air Bersih
Menurut Ade, pengelola SWRO saat ini hanya menghidupkan mesin lalu mengalirkan air selama delapan jam setiap hari. Sisanya, kata dia, warga setempat bergantung pada air minum isi ulang hasil penyulingan air tanah dengan reverse osmosis (RO), yang dibangun Suku Dinas Tata Air Kepulauan Seribu pada 2013.
Di Pulau Untung Jawa sendiri, Ade menyebutkan, hanya ada satu unit RO untuk memenuhi kebutuhan 2.400 penduduk. Untuk menikmati air ini, masyarakat harus membawa sendiri jeriken, dengan satu galonnya dihargai sekitar Rp 2.000. Sedangkan, air yang dihasilkan dari teknologi SWRO bisa dialirkan melalui jaringan pipa yang sudah terpasang.
Kebutuhan air bersih laik konsumsi di Pulau Untung Jawa, Ade menjelaskan, akan terus meningkat. Apalagi pulau seluas 40 hektare itu juga menjadi salah satu lokasi kunjungan wisata yang cukup ramai. Sebagai contoh, saat Lebaran kemarin, Pulau Untung Jawa menempati urutan teratas di antara enam kelurahan yang dipadati 47 ribu wisatawan.
SWRO di Pulau Untung Jawa dibangun pada 2015 oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Kementerian yang dipimpin Basuki Hadimuljono itu melakukan serah terima pengelolaannya kepada pemerintah DKI, pada Januari 2017. Kemudian, pemerintah DKI menugaskan PAM Jaya untuk mengelola penyulingan air ini.
FRISKI RIANA