TEMPO.CO, Jakarta - Penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Jatinegara Barat, Jakarta Timur, berencana akan berunjuk rasa kepada pengelola jika tak diizinkan berdagang di area rusun. "Kita akan tetap berjualan di sini nantinya," kata Iwan Setiawan, penghuni Rusunawa Jatinegara Barat, 28 Agustus 2017.
Pedagaang soto Betawi itu, bersama-sama beberapa penghuni rusun, sehari-hari menjajakan dagangannya di halaman depan masjid rusun tersebut. Di sana, mereka difasilitasi tenda-tenda dari sponsor oleh pihak pengelola. "Ya kita semua bakalan tetap jualan di sini," ucap Iwan.
Baca: Bisa Dicicil, Jumlah Tunggakan di Rusun Jatinegara Turun
Menurut Iwan, aturan dari pihak pengelola tersebut tidak bisa dipenuhi karena kecilnya pendapatan mereka. "Untuk dapat seratus ribu rupiah sehari saja sudah ngos-ngosan," kata Iwan.
Sudah hampir 10 bulan Iwan menunggak biaya sewa unit rusun yang ditempatinya. Total jumlah tungakannya mencapai Rp 6 juta. Tidak hanya dirinya, kata Iwan, hampir semua pedagang di halaman rusun tersebut masih menunggak biaya sewa.
"Ini bikin warga cepat mati. Karena kita kan berjualan untuk makan, kok dilarang," kata Iwan. Ia menduga para penghuni sekaligus pedagang di rusun tersebut akan dikenakan biaya seusai dipindahkan ke lokasi baru. "Karena nanti pengelola kerjasama dengan UMKM pasti akan ada charge," kata Iwan.
Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Jatinegara Barat, Vita Nurviatin, mengatakan tidak lama lagi mereka harus memindahkan dagangannya ke halaman utara rusun setelah lokasi tersebut selesai direnovasi menjadi food court.
Menurut Vita, pihak pengelola bersama Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menggandeng corporate social responsibility (CSR) PT Mayora Indah Tbk untuk merenovasi halaman tersebut dan memfasilitasi para pedagang Rusunawa Jatinegara Barat.
Lokasi baru tersebut berjarak kira-kira 20 meter dari tempat mereka berdagang sekarang. "Ini sebagai satu bentuk upaya pengelola dalam pemberdayaan," kata Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Jatinegara Barat, Vita Nurviatin, di lokasi.
Nantinya, ujar Novita, di lokasi yang saat ini berupa taman, para pedagang akan difasilitasi dengan etalase, wastafel komunal, kamar mandi, serta meja dan kursi makan. "Jadi yang di halaman depan masjid kosong, dipindah ke lokasi baru itu," ucap Vita.
Namun, Vita menjelaskan, para penghuni yang nantinya akan berdagang di lokasi food court tersebut haruslah melunasi tunggakan biaya sewanya. "Mau nggak mau harus begitu karena mereka sudah difasilitasi," kata Vita. "Paling enggak dicicil dari sekarang."
Sementara itu, Vita mengaku belum tahu soal biaya yang harus dibayar oleh pedagang itu. Namun, menurutnya, kemungkinan besar dugaan Iwan tersebut benar adanya. "Selama ini (pedagang) belum diminta bayaran, tapi kalo di sana nanti kita belum tahu ke depannya," kata dia. "Soalnya itu pemanfaatan aset Pemerintah Daerah jadi kemungkinan ada (biaya)."
Hingga Juli 2017 lalu, total tunggakan biaya sewa di Rusunawa Jatinegara Barat mencapai Rp 1,09 miliar. Namun, sejak Agustus, tunggakan tersebut menurun menjadi Rp 1,01 miliar.
Baca juga: Tunggak Biaya Sewa, Penghuni Rusun Ini Ungkit Janji Jokowi
Rusunawa Jatinegara Barat merupakan satu dari 23 rusun di DKI Jakarta yang menunggak sejak sebelum 2013 hingga Juni 2017. Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman DKI Jakarta mencatat total jumlah tunggakan mencapai Rp 32 milyar. Penyebabnya diduga akibat penghasilan warga rusun yang terlalu kecil.
ZARA AMELIA