TEMPO.CO, Depok -Lengan sebelah kiri Sastrawan Hamsad Rangkuti tertancap sebuah jarum infus. Penulis cerita pendek "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu" itu menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok akibat terkena stroke.
"Bapak dibawa ke rumah sakit sejak Jumat," kata istri Hamsad, Nurwindasari saat ditemui Tempo di Ruangan Elang RSUD, Sawangan, Depok, Senin, 28 Agustus 2017.
Baca:Sastrawan Hamsad Rangkuti Dirawat di RSUD Kota Depok
Menurut Nur, sebelum dilarikan ke rumah sakit kondisi Hamzad mengalami sesak nafas. Sempat berada di unit gawat darurat selama enam jam. "Kemudian dipindahkan ke Ruang Elang," ujar Nur.
Berdasarkan pemantauan Tempo Ruang Elang merupakan ruangan perawatan kelas dua di RSUD Depok. Terletak di lantai dua bangunan utama. Selain Hamzad terdapat tiga pasien lain yang menjalani perawatan.
Nur mengatakan, sejak menjalani perawatan, mantan Pimpinan Redaksi Majalah Horison telah menghabiskan empat tabung oksigen. “Harus mengunakan alat bantu pernafasan. Tadi pagi baru dilepas selang oksigennya," kat Nur.
Sebuah alat rekam jantung terpasang untuk memantau kesehatan Hamzad. Lengan kirinya terlihat sebuah sabuk hitam yang diikatkan ke sisi tempat tidur. "Liat deh kaki bapak yang gerak-gerak. Kalau dokter bilangnya diluar kendali otak, makanya tangannya juga diikat karena kadang gerak sendiri, lepas selang oksigen," kata Nur.
Menurut Nur, kondisi kesehatan peraih SEA Writer Award dari Pemerintah Thailand pada 2008 ini sudah mulai membaik. Tiga hari kelopak matanya tertutup terus. "Tadi siang sudah bisa terbuka walaupun kadang berkedip-kedip," ujarnya.
Nur menambahkan, kondisi kesehatan seniman pentolan manifesto kebudayaan ini mulai memburuk pada tahun 2009. Saat itu sepetak tanah berukuran 5×12 meter di belakang rumahnya digunakan Pemerintah Kota Depok untuk membangun tempat pembuangan sampah sementara (TPSS). "Bapak itu sempat komplain tapi tidak digubris Pemkot," kata Nur.
Setelah kejadian itu, menurut Nur, penulis karya "Bibir Dalam Pispot" ini mulai sering terkena penyakit. Ruang tempatnya sering menulis hanya dibatasi sebuah tembok dengan bak sampah yang dibangun Pemkot Depok. "Sampah yang menumpuk, aromanya sampai ke dalam rumah. Belatung, kecoa, dan tikus sering berkeliaran sampai kamar tidur," ucap Nur.
Menurut Nur, awalnya sakit itu muntah-berak. Pada tahun 2012, ia sampai harus melakukan operasi by pass jantung. Tak hanya itu, perutnya sampai-sampai harus dilubangi karena tak bisa lagi buang air kecil. "Tahun 2016 itu kena stroke sampai sekarang," kata Nur.
Agar kondisi kesehatan tidak makin memburuk, kata Nur, Hamsad memilih untuk meninggalkan rumah yang berada di Jalan Bangau, lantas membangun rumah sederhana di Jalan Swadaya 8 yang sebelumnya adalah kebun keluarga.
Lingkungan yang rawan penyakit itu tidak baik untuk perawatan Hamsad. "Sudah empat tahun rumah itu coba dijual untuk biaya perawatan bapak, tapi tidak ada yang mau beli karena dekat bak sampah," kata Nur.
Menurut Nur, dalam satu bulan suaminya butuh 9-10 boks Proten. Sementara harga satu boks Proten sekitar Rp 256 ribu. "Walaupun sudah dirawat di rumah keperluan yang dibutuhkan masih sangat besar, apalagi ini harus kembali dirawat di rumah sakit kayak begini" katanya.
Anak kedua Hamsad, Girindra Rangkuti, mengatakan kondisi kesehatan ayahnya memburuk saat meminta pulang ke Medan pada Juni 2016. Saat itu keluarga agak ragu memberi izin karena kondisi kesehatan. "Bapak tetap ngotot, akhirnya tetap berangkat ditemani oleh ibu," kata Girindra.
Sekitar tiga minggu di Medan, kata Girindra, ada kabar bahwa peraih Khatulistiwa Literary Award tahun 2003 itu dirawat di Rumah Sakit Sembiring, Deli Serdang, akibat stroke. Setelah keluarga berembuk, perawatan Hamsad dilakukan di Jakarta. "Saya menyusul ke Medan untuk menemani Ibu mengurus administrasi pemulangan," ujar Girindra.
Di Jakarta, menurut Girindra, kondisi Hamsad tak kunjung membaik. Keluarga kemudian membawanya ke Rumah Sakit Fatmawati, Lebak Bulus. "Dua minggu dirawat di sana," ujar Girindra.
Pihak rumah sakit, kata Girindra, sudah mengizinkan penerima Penghargaan Sastra Pemerintah DKI tahun 2000 itu untuk pulang. Namun, dalam perjalanan kondisinya memburuk kembali, sehingga dibawa ke Rumah Sakit Siloam Gleneagles, Lippo Karawaci.
Baca juga: Sastrawan Hamsad Rangkuti Butuh Biaya Operasi
"Sekitar 12 hari dirawat di sana, dengan alasan biaya akhirnya minta dirawat di rumah saja," kata Girindra. Bila ada warga yang ingin membantu biaya perobatan sastrawan kenamaan Indonesia itu, dapat mengirim ke rekening atas nama Hamsad Rangkuti di Bank BNI cabang Margonda, Depok, nomor 0106423653.
IRSYAN HASYIM