Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menikmati Tenun Gedog Lewat Seduhan Kopi

Editor

Susandijani

image-gnews
Sejumlah pekerja melakukan proses pembuatan motif diatas kain batik tenun gedog disebuah UKM didesa Kedungrejo, Tuban, Minggu (15/5). UKM batik tenun gedog binaan PT Semen Gresik ini beromset 50 juta perbulan dengan distribusi produk diwilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Kain tenun batik gedog khas kota Tuban ini juga menjadi upaya pelestarian budaya batik gedog yang mulai jarang dilakukan oleh perajin batik Tuban. TEMPO/Fully Syafi
Sejumlah pekerja melakukan proses pembuatan motif diatas kain batik tenun gedog disebuah UKM didesa Kedungrejo, Tuban, Minggu (15/5). UKM batik tenun gedog binaan PT Semen Gresik ini beromset 50 juta perbulan dengan distribusi produk diwilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Kain tenun batik gedog khas kota Tuban ini juga menjadi upaya pelestarian budaya batik gedog yang mulai jarang dilakukan oleh perajin batik Tuban. TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tenun gedog, salah satu ragam wastra Nusantara yang tidak terekspos dengan baik, sehingga masih asing di telinga masayarakat Indonesia. 

Tenun Gedog yang berasal dari Tuban ini memang unik. Sempat dianggap punah pada akhir dekade 1980-an, kain ini tiba-tiba ‘muncul’ kembali pada awal 2000-an. Kain gedog memiliki corak batik, bahan, dan teknik pewarnaan yang sedikit berbeda dengan batik Jawa pada umumnya.

Pewarnaan gedog menggunakan bahan-bahan alami seperti nila untuk menghasillkan warna indigo. Material utama untuk tenunnya terbuat dari kapas yang banyak ditanam di wilayah Tuban, Jawa Timur.

Selanjutnya, kapas-kapas yang sudah dipintal kemudian ditenun menjadi kain menggunakan instrumen tradisional yang mengeluarkan bunyi ‘dog... dog...’. Bunyi itulah yang menjadi penyebab mengapa tenun dari Tuban itu disebut batik gedog.

Keunikan gedog itu dilirik oleh sekelompok anak muda di Surabaya yang tergabung dalam komunitas Mustika Rasa. Mereka tertarik memperkenalkan kembali tenun gedog, sebagai sebuah produk kerajinan tangan premium.

Uniknya, mereka juga berniat memperkenalkan tenun gedog sebagai salah satu medium yang berguna untuk pembuatan kopi dengan metode seduh manual serta pembuatan makanan. Ini adalah upaya unik yang baru pertama kali dilakukan di Indonesia.

Salah satu programer Mustika Rasa, Aditya ‘Fu’ Fernando mejelaskan jenis filter sangat mempengaruhi rasa dan aroma kopi. Alat yang sama, misalnya V60, dengan filtrasi yang berbeda akan menunjukkan hasil yang berbeda.

“Filtrasi kertas menghasilkan kopi dengan karakter kerjenihan rasa atau clarity yang tegas, filtrasi dengan bahan logam akan memunculkan tekstur tebal, dan filtrasi yang konon bisa menguatkan sisi aromatik dari seduhan kopi adalah kain,” jelasnya.

Dari tangan-tangan kreatif, jenis filtrasi kain dapat dikembangkan secara lebih inovatif. Apalagi, menurutnya, filtrasi kain sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. “Kopitiam-kopitiam di Sumatra hingga Kalimantan Barat menggunakan teknologi seduh tersebut.”

Itulah mengapa dia ingin menjajal metode penyeduhan kopi manual dengan tenun gedog. Adapun, tenun gedog yang dipilihnya untuk menyeduh kopi juga tidak sembarangan. Dia mencucinya secara khusus agar kotoran dan lilin pada kain luruh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Fu, kain gedog menghasilkan aroma seduhan kopi yang lebih kuat. Apalagi, jika digunakan untuk menyeduh kopi single origin yang berbau khas seperti kopi Argopuro yang memiliki sentuhan wangi herbal dan aroma rempah.

“Kain gedog bisa menghasilkan aroma seduhan yang khas, karena dipintal dengan tangan. Itulah mengapa ada komponen organik di dalamnya, seperti aroma kayu. Berbeda dengan filter kopi dari kain lainnya yang buatan pabrik.

Tidak hanya Fu yang mencoba memperkenalkan tenun gedog sebagai alternatif filter kopi premium. Pakar kuliner Michael Fitzgerald Halim turut menawarkan opsi menggunakan tenun gedog sebagai medium pengayak tepung untuk membuat kue.

“Kain, kopi, dan kudapan adalah serangkaian kebudayaan yang saling bertautan satu sama lain. Kain banyak digunakan dalam kehidupan manusia, bahkan sebagai alat bantu dalam pengolahan makanan. Misalnya saja sebagai medium pengayak tepung,” jelasnya.

Menurutnya, penggunaan tenun gedog tradisional dapat diteruskan dalam kehidupan modern dengan mengaplikasikannya pada kegiatan sehari-hari melalui rasa. “Baik rasa yang dikecap di lidah, rasa yang dihirup penciuman, maupun rasa yang dapat dilihat dan dinikmati mata.”

Sementara itu, penggagas kopi filtrasi tenun gedog Yogi Ishabib berpendapat tenun gedog saat ini memiliki nasib yang hampir sama dengan produk budaya lampau, yaitu nyaris terlupakan atau dilupakan.

“Baru sekarang-sekarang ini [tenun gedog] muncul lagi dan mendapatkan tempat terhormat di pasar kain elite nasional, meski belum seternama dan mengudara hingga ke dunia fesyen internasional seperti saudara-saudaranya macam ulos, pegringsingan, lurik, songket, sabu raijua, dan ikat-buna-lotis.”

Itulah sebabnya, Yogi menggagas promosi tenun gedog agar tidak hanya sekadar dikenal sebagai wastra Nusantara yang berkelas dan hanya bisa dijangkau beberapa kalangan, tetapi juga memungkinkan untuk bida digunakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.

“Mengenalkan kembali tenun gedog adalah upaya merasakan dan menikmati hidup seperti layaknya filosofi kain tenun itu sendiri; perlahan, hati-hati, kuat karena terbentur, terbentur, hingga terbentuk,” tegasnya.

BISNIS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

17 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".


Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

18 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director International Finance Corporation (IFC) Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat, Ahad, 21 April 2024. Sumber: Instagram @smindrawati
Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

22 hari lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

46 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

49 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.


Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

6 Maret 2024

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.


KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

Ilustrasi Batik. shutterstock.com
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).


Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Vespa Batik. (Foto: Piaggio Indonesia)
Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.


NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

Lancer Evo Batik. (Dok NMAA)
NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.


Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

CEO Rianty Batik, Aditya Suryadinata, ketika menceritakan pengalaman bisnisnya di Rianti Batik Malioboro, Yogyakarta, Selasa, 6 Februari 2024. Pelaku UMKM batik ini berbagi pengalaman mempertahankan bisnis ketika pandemi Covid-19 melanda. TEMPO/Riri Rahayu
Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.