Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Hari ini, Rabu (6/3), adalah hari paling membahagiakan bagi Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat). Hari ini, salah satu pasukan di TNI AD itu merayakan ulang tahun ke-41. Acara itu dipusatkan di Silang Monas, Jakarta. Upacara peringatan itu dipimpin langsung Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Endriartono Sutarto. Upacara yang berlangsung sejak pukul 09.09 WIB ini dihadiri berbagai kalangan, termasuk insan film. Dari kalangan pejabat militer, tampak terutama Panglima Kostrad Ryamizard Ryacudu, Wakil Kepala Staf TNI AD Letjen Kiki Syahnakri, Pangdam Jaya Letjen TNI Bibit Waluyo, dan lain-lain. Untuk ulang tahun kali ini, Kostrad mengangkat tema: “Dengan Berpegang Teguh Pada Sapta Marga Kostrad Siap Mempertahankan Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Sebuah tema yang heroik dan mulia, tentu. Tema itu menjadi tambah tegas ketika Ryamizard, panglima korps itu, memberi sambutan dalam upacara itu. Dalam sambutannya, Ryamizard mengatakan, situasi negara saat ini sangat memprihatinkan. “Namun sebagian dari kita tidak peka dan prihatin,” kata dia. Ia mengingatkan, bila situasi ini tidak diakhiri dan dibiarkan terus, ancaman disintegrasi ada di depan mata. Kostrad muncul pada saat Indonesia tengah berjuang untuk membebaskan Irian Jaya pada tahun 1960. Namun secara formal organisasi ini dibentuk pada 6 Maret 1961. Pada awalnya pasukan ini bernama Korps Cadangan Umum, tapi kemudian berubah menjadi Kostrad pada tahun 1963. Kostrad memiliki wewenang melakukan supervisi kesigapan operasional seluruh komando dan melaksanakan operasi pertahanan dan keamanan pada level strategi sesuai dengan kebijakan Panglima TNI. Mantan Presiden Soeharto, ketika berpangkat mayor jenderal, adalah orang pertama yang memimpin Kostrad. Ketika G-30-S/PKI meletus, Soeharto memimpin pasukan ini dalam operasi penumpasan PKI, yang kemudian melambungkan posisinya menjadi Presiden RI kedua. Sejak saat itu, sampai menjelang kejatuhannya sebagai Presiden, posisi Pangkostrad selalu identik dengan perwira-perwira yang dianggap loyal pada Soeharto. Perwira terakhir yang menduduki jabatan Pangkostrad pada jaman Soeharto adalah menantunya, Letnan Jenderal Prabowo Subianto. Namun, Probowo hanya sempat memimpin pasukan itu selama dua bulan. Selain memimpin operasi penumpasan partai komunis, Kostrad juga melakukan operasi militer lain seperti Trisula, the PGRS (Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak) di Sarawak, PARAKU (Pasukan Rakyat Kalimantan Utara) di Kalimantan Utara, dan Operasi Seroja di Timor Timur. Pasukan Kostrad juga berpartisipasi di tingkat internasional sebagai Pasukan Garuda di Mesir (1973-1978), Vietnam (1973-1975) dan dalam pasukan perdamaian gabungan di era pertengahan perang Iran-Irak tahun1989 dan 1990. Hingga saat ini Kostrad memiliki kekuatan sekitar 35.000 - 40.000 personel dengan dua divisi infanteri. Divisi pertama berpusat di Cilodong, Jawa Barat, dan divisi kedua berpusat di Malang, Jawa Timur. Setiap divisi memiliki brigade lintas udara dan infanteri. Kostrad juga memiliki satu brigade lintas udara terpisah, satu brigade kaveleri, dua resimen artileri lapangan, dan beberapa unit pendukung pertempuran dan unit pendukung logistik. Hingga kini, pasukan itu telah dipimpin oleh 27 panglima, antara lain, Soeharto, Umar Wirahadikusumah, Achmad Kemal Idris, Wahono, Makmun Murod, Poniman, Himawan Susanto, Leo Lopulisa, Wiyogo Atmodarminto, Ismail, Rudini, Soeweno, Soeripto, Adolf Sagala Rajagukguk, Soegito. Selain itu, Wismoyo Arismunandar, Kuntoro, Tarub, Wiranto, Soegijono, Prabowo Sugianto, Johny J. Lumintang, Djamari Chaniago, Djadja Suparman, Agus Wirahadikusumah, dan kini Ryamizard Ryacudu. (MIS/Sapto P/Martua M/Hilman/Sri W – Tempo News Room)
Iklan
