TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan markas dan rumah dinas Satuan Brigade Mobil (Brimob) Polda Metro Jaya di Kwitang, Jakarta Pusat, Senin siang (28/7). Bangunan yang berada di areal seluas 11.460 meter persegi itu menggunakan dana bantuan Presiden senilai Rp 7,5 miliar dan anggaran Polda Metro Jaya Rp 11 miliar.
Kompleks Brimob itu terdiri dari perkantoran, ruang serbaguna, rumah tipe 38 sebanyak 72 unit, flat untuk perwira dan flat untuk bujangan. Gedung tua yang berada di bagian tengah areal tetap dipertahankan dalam bentuk aslinya dan digunakan sebagai kantor dan gedung serbaguna.
Hadir dalam peresmian itu antara lain suami presiden, Taufik Kiemas, Kepala Polri Jenderal Da'i Bachtiar, Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Soenarno, Kepala Polda Metro Jaya Irjen Makbul Padmanegara, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Presiden Megawati dalam pidatonya tanpa teks mengatakan, dirinya sudah mendesak agar petinggi polisi memperhatikan anggotanya walaupun dia memahami ada persoalan dana yang dihadapi. "Tapi saya bilang, ayo hitung. Urusan duit belakangan, duit bisa kita cari, Indonesia itu ijo royo-royo," ujar dia dalam sambutan di luar rencana itu.
Jumlah anggaran untuk 300 ribuan anggota Polri, kata Presiden, memang sangat kecil bila dibandingkan dengan anggaran pembangunan untuk seluruh Indonesia yang triliunan. Dia menilai akhirnya muncul kecenderungan pimpinan kepolisian untuk tak memperhatikan kesejahteraan anggotanya. "Tapi walaupun kecil, kalau tidak dihitung dari sekarang, tidak bisa."
Makbul Padmanegara melaporkan, Kepolisian Jakarta baru memiliki 5.941 pintu asrama yang dibangun di 93 lokasi. Dari jumlah itu, hanya 3.997 pintu yang ditempati oleh personel polisi aktif. Sisanya masih ditempati oleh anggota pensiunan.
Menurut dia, 3.997 pintu itu baru menampung 18 persen anggota polisi Jakarta yang seluruhnya berjumlah 22.200 orang. Sedangkan sisanya, atau sebagian besar masih tinggal di luar asrama dengan cara mengontrak atau menyewa rumah. "Contoh saja, anggota Detasemen A sebelum tinggal di sini (asrama Kwitang) sebelumnya mengontrak rumah di kawasan Pamulang Ciputat dengan Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per bulan atau seperempat dari gajinya," kata dia.
Sementara itu, kata dia, perumahan yang ada pun sudah tidak layak huni karena merupakan bangunan yang didirikan sejak 1950-an. Bahkan, gedung utama yang ada di asrama Kwitang didirikan sejak zaman Belanda yakni 1825.(Deddy Sinaga/Poernomo Gontha Ridho-Tempo News Room)