TEMPO Interaktif, Jakarta: Meskipun baru terjual sepertiga kapasitasnya, Tangguh harus memenuhi komitmennya memasok gas ke Fujian.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusdiantoro, meminta Kontraktor Production Sharring (KPS) ladang gas Tangguh di Papua Beyond Petroleum (BP), untuk membangun terminal suplai LNG akhir tahun ini. Pemerintah ingin proyek itu selesai tepat pada waktunya.
Tidak ada alasan bagi BP untuk tidak membangun terminal pada akhir tahun ini, kata dia usai mendampingi wapres menerima Direktur Utama Perusahaan Gas Negara di Istana Wapres, Jakarta, Senin (28/7). Pembangunan terminal itu penting untuk menampung permintaan gas ke depan.
Pembangunan terminal suplai di Tangguh, meniru apa yang dilakukan produsen gas Malaysia, Petronas, di ladang Malaysia III. Di situ Petronas membangun terminal LNG terlebih dulu sebelum memasarkan produknya. Langkah itu diharapkan akan lebih menarik pembeli untuk mengambil pasokan gas dari ladang Tangguh. Karena itu, kami mendorong BP untuk langsung membangun terminalnya, kata dia.
Menurut dia, pembangunan terminal gas itu, terutama dimaksudkan untuk memenuhi komitmen Indonesia dalam mensuplai LNG ke Fujian akhir tahun 2006 mendatang. Mereka meminta pasokan gas sebesar 2,6 juta ton per tahun, yang akan diambil dari ladang gas Tangguh.
Pemerintah tetap yakin gas alam cair produksi Tangguh prospeknya bagus, kendati hingga saat ini baru memperoleh pasar sebesar 2,6 juta ton dari kapasitas produksi 7 juta ton. Pemerintah mengaku, persaingan LNG di pasar internasional makin ketat. Tapi, pemerintah tetap optimis bisa meraih bagian pasar internasional itu, terutama untuk memasarkan produk Tangguh.
Dari tender LNG dengan perusahaan gas di Korea, SK Posco , pemerintah optimis bisa memenangkannya. Bila berhasil dalam tender itu, Indonesia akan mendapat jatah untuk memasok gas sebanyak 1-1,5 juta ton per tahun. Pengumuman hasil tender tersebut tidak diundur pada bulan Agustus mendatang. Purnomo mengaku telah menerima informasi bahwa SK Posco telah selesai melakukan evaluasi pada akhir pekan lalu.
Namun, hingga kini pemerintah belum menerima laporan resminya. Tentu dalam waktu dekat akan disampaikan secara resmi kepada bidder, kata dia. Dijelaskannya, hingga evaluasi tahap akhir itu hanya ada dua bidder yang tersisa, yaitu Indonesia dan Malaysia III. Pemerintah yakin bisa memenangkan tender itu.
Pemerintah juga berharap dari pasar gas di Meksiko dan Amerika Barat. Beberapa waktu lalu telah ada penandatanganan MOU antara Pertamina, BP Migas, dan perwakilan Konsorsium Meksiko-Amerika tentang jual beli gas alam cair itu. Ada kesepakatan pula untuk membangun terminal penerimaan (receiving terminal) gas di Baja, California. Pasar itu membutuhkan gas 6-10 juta ton per tahun.
Selain berharap dari pasar Meksiko, pemerintah juga ingin meraih pasar di Jepang. Saat ini sedang dilakukan negoisasi dengan pembeli Western dan Eastern di Jepang. Pemerintah juga berencana untuk menindak lanjuti MOU jual beli dengan Filipina. Dari pasar Filipina diharapkan Indonesia bisa memasok 1,5 juta ton per tahun.
Selain memasok gas untuk luar negeri, pemerintah juga tengah memikirkan untuk memasoknya ke dalam negeri. Karena kebutuhan gas di Jawa-Bali sangat besar. Sehingga pemerintah juga berencana untuk membangun terminal LNG di Jawa Timur. Rencana itu diharapkan bisa menyerap gas dari Tangguh.
(Retno Sulistyowati-TNR)