TEMPO Interaktif, Jakarta:Dan pada tahun 2004 pertumbuhannya diperkirakan mencapai 6,3 persen
Pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Timur hingga paruh tahun 2002 mencapai 5,6 persen. Dan pada tahun 2004 diperkirakan akan mencapai 6,3 persen. Laju pertumbuhan yang lambat ini sebagai dampak ekonomi yang buruk akibat menjangkitnya wabah sindrom pernapasan akut (SARS). Demikian laporan Asia Economic Monitor, sebuah Unit Pengawasan Ekonomi Regional Asian Development Bank, yang diterima Tempo News Room, Selasa (29/7).
Menurut laporan itu yang dibacakan oleh Kepala Unit Pengawasan Ekonomi Regional ADB Yoshihiro Iwasaki, kondisi ekonomi dunia yang sedang lesu dan menjangkitnya wabah SARS yang terjadi secara bersamaan tahun ini telah menghambat laju pertumbuhan di Asia Timur. Negara-negara Asia Timur sendiri terdiri dari 10 negara anggota ASEAN, ditambah Republik Rakyat Cina dan Korea Selatan.
Dia mengatakan pertumbuhan yang lambat ini telah mengganggu program-program ekonomi yang telah dirancang untuk tahun 2003. Artinya, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6 persen yang telah dicapai tahun 2002 tidak akan terulang lagi pada tahun ini. Tapi, dampak wabah SARS bisa diatasi, dan ini tergantung pada pentingnya kepariwisataan dan keterbukaan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Timur..
"Perkembangan beberapa minggu terakhir ini memberi ruang optimisme untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi di Asia Timur pada semester kedua tahun ini. Dan selanjutnya akan memperkuat ekonomi Asia Timur tahun berikutnya," kata Iwasaki. Pasalnya, negara-negara di kawasan Asia Timur dan dunia telah melakukan usaha untuk mencegah berjangkitnya wabah SARS. Sehingga dalam tempo yang relatif pendek, tiga sampai empat bulan bisa dikurangi, meski belum sepenuhnya ditanggulangi.
Iwasaki menambahkan pertumbuhan ekonomi Asia Timur ke depan akan dibantu oleh kondisi di luar wilayah yang mulai membaik. kata dia, ini dapat dilihat dari adanya tanda-tanda kebangkitan ekonomi di Amerika Serikat dengan stimulus moneter dan fiskal dalam pipeline. Sehingga proses recovery di negeri Paman Sam ini berlangsung cepat. "Juga ada tanda-tanda kebangkitan eknomi di Jepang. Sementara itu, perdagangan saham dunia juga sedang menguat," ujarnya..
Perkembangan positif lainnya, lanjut dia, yang akan mengangkat pertumbuhan Asia Timur adalah berakhirnya perang Irak dengan singkat. hebatnya, berakhirnya perang tanpa menimbulkan goncangan yang menakutkan pasar minyak dunia. Harga minyak sebenarnya saat ini sekitar US$ 27-29 per barel. Iwasaki mengharapkan harga minyak mentah akan meningkat lagi tahun ini dan mendatang.
Tapi, Iwasaki memperkirakan secara individual, kebanyakan negara-negara di Asia Timur pertumbuhan ekonominya akan lebih rendah tahun ini bila dibandingkan tahun lalu. Cina diperkirakan pertumbuhannya akan paling tinggi dibanding negara-negara lain di kawasan ini, yaitu mencapai 7,5 persen. Singapura lebih rendah satu persen dibandingkan Cina, yaitu sekitar 6,5 persen. Sedangkan Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina dan Thailand hanya berkisar pada 3-4,5 persen.
Direktur Unit Pengawasan Ekonomi Regional ADB Pradumna B. Rana mengingatkan kebijakan makro ekonomi di daerah Asia Tenggara harus terus dijalankan. Setidaknya hingga ada kepastian penyelesaian program, yang didukung oleh reformasi struktural dan penyelesaian agenda reformasi. "Setiap negara juga harus tetap mewaspadai ancaman wabah SARS lanjutan. Pengalaman sebelumnya membuat mereka harus berada di sebuah posisi yang lebih baik untuk menghadapi kemungkinan berjangkitnya wabah baru," katanya.
(Kurniawan-TNR)