TEMPO Interaktif, PROBOLINGGO: Manajemen PT Simping Tex Probolinggo, Jawa Timur, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 700 karyawannya per Juli kemarin. Tindakan PHK ini diambil karena pabrik kain tenun ini terus merugi dalam setahun terakhir ini.
Menurut Abdurrahman Bawasir, Direktur Utama PT Simping Tex, perusahaannya nyaris bangkrut karena pasar internasional sedang lesu. ''Barang kami tidak laku di luar negeri sehingga kami tidak bisa berproduksi lagi,'' katanya, Rabu (30/7).
Tapi, kata Abdurrahman, tak tertutup kemungkinan pabrik dengan orientasi ekspor ini akan buka kembali dalam waktu 6 bulan mendatang. Jika buka, manajemen akan memanggil kembali para karyawan dengan sistim kontrak.
Sekitar 300 karyawan sempat mengutarakan tidak puas soal uang pesangon. Mereka mendesak agar manajemen memberikan gaji bulan Juli karena karyawan masih bekerja. ''Kami ingin gaji bulan Juli dibayar. Sayang jika harus kehilangan gaji bulan Juli sebesar Rp 500 ribu,'' kata Nur Supriadi, Rabu (30/7).
Setelah bertemu dengan Abdurrahman Bawasir, Nur Supriadi mengaku puas karena manajemen mengabulkan tuntutan para karyawan. Pada 5 Agustus nanti, gaji Juli akan dibayarkan. ''Kami puas dengan uang pesangon ini,'' ujar Nur Supriadi.
Menurut Nur Supriadi, besar uang pesangon yang diterima sangat variatif. Ada yang dapat Rp 10 juta bagi karyawan dengan masa kerja kurang dari 15 tahun, ada yang menerima uang pesangon sebesar Rp 3 juta bagi mereka yang telah bekerja selama 5 tahun. Nur sendiri mendapatkan Rp 7 juta lebih.
Hingga hari ini, proses pemberian pesangon para karyawan masih terus berlangsung.
bibin-Tempo News Room