Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

"Setelah Kami Pergi Terjadi Baku Tembak? Rasanya Mustahil"

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:

Lalu mereka mengatakan bahwa mereka belum menandatangani surat tanda penyerahan sesuai permintaan Henry Fournier yang telah diberikan pada malam sebelumnya. Saya katakan, "Itu bukan masalah. Saya membawanya sekarang." Saya pun kemudian mengeluarkan surat itu. Setiap kali kami melakukan tugas seperti ini di seluruh belahan dunia, dan setiap kali kami memindahkan tahanan dari satu pihak ke pihak lain, kami selalu memberikan surat yang disebut Hand Over Certificate. Di surat tersebut tercantum nama-nama dan tertulis bahwa OPM menyerahkan para sandera ke Palang Merah Internasional dan Palang Merah Internasional akan menyerahkan mereka ke tangan pemerintah Indonesia. Surat itu berupa bukti penyerahan yang umum dilakukan oleh mediator. Rencananya, surat tersebut sudah ditandatangani pada tanggal 8 Mei 1996 setelah upacara selesai, tapi urung. Surat ini surat resmi dengan cap resmi Palang Merah Internasional bertandatangan Kepala Delegasi dan tanda tangan Kelly Kwalik.

Ketika mereka mengatakan surat tersebut belum ditandatangani sepertinya mereka mengharapkan saya tidak membawa surat tanda penyerahan lain, tapi saya membawanya di saku dan memang menunggu mereka menanyakan itu. Jadi saya bilang, "Itu bukan masalah. Ini surat yang sudah ditandatangani oleh Henry Fournier. Silahkan ditandatangani." Tapi mereka mengatakan bahwa surat tersebut harus ditandatangani oleh Kelly Kwalik. Saya pun bertanya, "Jadi di mana Kelly Kwalik? Saya kok tidak melihatnya." Mereka pun mengatakan Kelly berada di tempat sejauh 1,5 jam jalan kaki dari Gesemala. Lalu saya katakan waktu itu tidak ada masalah, kami akan menunggunya. "Kalian yakin dia akan datang?" Ketika dijawab iya, kami pun setuju untuk menunggunya. Namun kemudian, mereka mulai berbicara mengenai beberapa hal. Saat itu keadaan mulai berbahaya karena mereka mulai saling berargumentasi dan kami tidak mengerti yang mereka katakan.

Saat mereka saling berargumentasi itu, apakah mereka menggunakan bahasa daerah bukan bahasa Indonesia?

Ya, mereka menggunakan bahasa daerah mereka yang tidak kami mengerti. Saat itu pun kami sedang mengalami masalah logistik helikopter. Menunggu selama 1,5 jam terasa tidak menentu.

Waktu itu, entah bagaimana, mereka katanya sedang menunggu tentara. Keadaan saat itu sangat tegang. Kami tidak mengerti apa yang mereka ucapkan, dan mereka saling berargumentasi sambil berteriak-teriak. Kami sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi.

Waktu itu kami tiba di sana pagi-pagi sekali sekitar pukul 6.30 pagi. Rencana kami semula penjemputan para sandera ini hanya akan memakan waktu sebentar saja. Kami tiba di sana, mereka menyerahkan para sandera, dan kami kembali pulang.

Kami harus segera memutuskan, pukul berapa helikopter itu harus kembali menjemput kami. Kami sudah berencana, jika mereka tidak jadi melepaskan para sandera, setidaknya kami dapat mengunjungi para sandera untuk melihat keadaan mereka. Akhirnya saya putuskan meminta helikopter menjemput kami pukul sebelas siang. Pada saat itu jam sembilan. Saya ingat betul karena saya sempat memeriksa jam. Begitu helikopter pergi, pukul 9.05, Kelly Kwalik muncul. Ternyata dia berada tidak terlalu jauh, hanya di sekitar daerah itu saja.

Jadi Anda sempat bertemu dengan Kelly Kwalik?

Ya, dia datang tiba-tiba dan menciptakan masalah kedua. Karena helikopter sudah saya suruh kembali dua jam lagi, maka kalau diskusi yang terjadi hanya singkat saja, kami tetap harus menunggu jemputan dua jam lagi. Ketika dia datang, mereka yang tadinya mengatakan para sandera sudah bebas, tidak berkata-kata apa lagi. Mereka -- yang sangat memaksa untuk dapat bertemu empat mata dengan perwakilan pemerintah Belanda, Inggris, dan Indonesia dan meminta Palang Merah Internasional untuk menyampaikannya -- yang tetap bicara. Saat itu saya menyadari bahwa sudah tidak harapan lagi karena kami sudah membahas masalah yang sama setiap hari selama tiga bulan. Dalam permasalahan ini kami hanya bertindak sebagai mediator dan pemerintah Indonesia mestinya tidak akan mengizinkan perwakilan negara lain mengambil risiko datang ke tempat itu, karena mereka pun nantinya malah dapat disandera. Sebaliknya mengirimkan mereka ke luar dari Indonesia, tentu juga berisiko.

Waktu itu keadaan memang sangat tegang, saya pun hanya bisa bilang bahwa sebagai mediator saya bisa mencatat permintaan mereka. Saya tanya, "Berapa orang (yang akan ke luar negeri)?" Mereka menjawab saling bersahut-sahutan. Ada yang menjawab dua, tujuh, sepuluh, dan dua belas. Namun Kelly menjawab hanya tiga orang karena hanya tiga suku yang ikut terlibat dalam masalah ini. Suku Dani, Amungmei, dan Nduga. Saya pun bertanya, "Kapan?" "Secepatnya." Kami pun menjelaskan bahwa kami sudah pernah melakukan hal yang sama di negara lain. Jika semua pihak setuju, kami dapat menyediakan transportasi dan memberikan jaminan keamanan. Bendera kami hanyalah melambangkan jaminan moral, karena bisa saja terjadi seperti yang menimpa dua delegasi kami di Burgundy yang tewas terbunuh walaupun mereka dilindungi Palang Merah Internasional. Kami memang tidak pernah menyandang senjata.

Ketika Kelly Kwalik mengajukan beberapa permintaan lain, saya hanya menjelaskan bahwa kami dapat saja mengatur pertemuan untuk mereka. Lalu Kelly sendiri menyatakan pasti akan ada kesulitan dari pemerintah Indonesia jika mereka ingin mengirim orang-orang mereka ke luar negeri. Saya mengiyakan dan mengatakan saya pun hanya dapat membantu menyampaikan permintaan mereka kepada pihak yang berwenang. Karena memang hanya sebatas itulah tugas mediator. Apa yang dapat kami lakukan hanyalah sekadar menyampaikan permintaan mereka dan jika pihak-pihak lain yang terkait setuju, silakan saja.

Ke negara mana saja Kelly ingin mengirimkan orang-orangnya?

Ke Belanda, Inggris, dan Jerman karena salah satu sandera yang juga bertindak sebagai negosiator, Frank Momberg, berasal dari Jerman. Lalu ketika Kelly lagi-lagi menyampaikan permintaan yang sama, saya katakan saya akan mencatat semua permintaanya. Saat itu saya sadar sudah tidak ada harapan lagi untuk berdiskusi lebih lanjut. Saya pun sudah tidak memberikan argumentasi apa-apa. Saat itu bukan lagi saatnya membicarakan nasib para sandera, karena malah akan menimbulkan kemarahan mereka. Ketika Silviane ingin memberikan argumentasi, saya katakan, "Jangan. Jangan sekarang, Sudah selesai semuanya."

Dan kemudian mereka pun mereda setelah melihat kami selalu mencatat tuntutan-tuntutan mereka. Lalu saya menyatakan keinginan saya untuk bertemu para sandera. Mereka menolak, dengan alasan para sandera hanya akan menangis lagi karena pada pertemuan terakhir terus menangis. Mereka memang tidak menginginkan kami bertemu dengan para sandera waktu itu.

Pertemuan kami berlangsung di sebuah puskesmas di Geselama, dan untuk pertama kalinya mereka mengunci pintu. Satu orang berdiri di depan pintu itu. Bagi saya hal ini terasa janggal dan tidak biasa. Saya pun berpikir, makin cepat kami keluar dari puskesmas, makin baik. Lalu saya mengatakan bahwa saya lebih memilih berada di tempat terang daripada di kegelapan. Mereka bilang,"Tidak ada masalah." Maka kami semua pergi ke luar diikuti Kelly Kwalik. Dia menjamu kami selama setengah jam sambil duduk-duduk dekat rumah yang digunakan sebagai gereja. Kami mengobrol sana-sini sambil sesekali Kelly menceritakan keadaan OPM yang sebenarnya hanya beranggotakan dirinya dan kelompoknya. Saya tidak mengatakan apa-apa, hanya mendengarkan saja. Setelah setengah jam berlalu, saya katakan pada Kelly dia pasti sibuk dan tidak perlu menunggui kami walau kami masih harus menunggu kedatangan helikopter sekitar satu jam lagi. Kami bilang kami sudah saling kenal dengan masyarakat sekitar. Karenanya kami dapat menunggu tanpa gangguan.

Ketika helikopter datang menjemput, apakah Anda berdua langsung pergi?

Tidak. Kami mengenal beberapa orangnya Kelly. Kami sempat berbincang-bincang, dan waktu itu salah seorang dari mereka merasa yakin tentara akan datang. Dia bilang, ABRI pasti akan datang.

Maksudnya pada saat itu?

Tidak tahu. Saya tidak tahu. Hanya dia dengan yakin mengatakan, "Pasti ABRI akan datang." Saya bilang padanya saya tidak tahu. Bagaimana saya bisa tahu, saya bukan ABRI. Ketika helikopter datang, Daniel Kogoya ada di sana. Saya pun bertanya kepada Daniel, "Apakah Anda ingin kami datang kembali? Karena kami sama sekali tidak diperbolehkan melihat para sandera." Daniel bilang, "Iya." Dan dia pun memberikan tanggal. Saya hanya bilang kami akan berusaha datang pada hari itu, namun saya ingatkan bukan hanya kami yang berhak memutuskannya. Saya selalu mengatakan kepada mereka bahwa kami bisa datang ke sana karena pemerintah Indonesia memang mengizinkan kami untuk datang. Jika pemerintah Indonesia melarang kami datang, kami tidak akan datang. Daniel meminta waktu beberapa hari karena mereka membutuhkan waktu untuk menulis dan menyusun surat-surat yang akan kami sampaikan kepada pemerintah Indonesia.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari info di internet dikabarkan bahwa pada tanggal 9 Mei 1996 itu dua orang yang datang ke sana bukanlah anggota Palang Merah Internasional. Menurut Martha Klein (sandera berkebangsaan Belanda yang hamil itu, Red), sejak tanggal 9 mereka dibawa ke hutan lagi, katanya sering bertemu penduduk yang melarikan diri ke hutan karena kampungnya didatangi ABRI. Apakah Anda mengetahui peristiwa tersebut?

Tentu tidak. Sama sekali tidak. Jika Martha berkata begitu, karena memang dia berada di sana sedangkan kami tidak. Jadi saya tidak bisa memberitahukan apa yang terjadi setelah jam sebelas siang. Pada tanggal 9 Mei, itu kami dijemput oleh pilot yang sama, kami langsung naik, dan pergi. Saya tidak melihat adanya helikopter yang lain, dan saya juga tidak melihat adanya orang kulit hitam, putih, atau biru. Sama sekali tidak ada orang lain. Ketika kami pulang, kami mengambil jalan yang sama seperti waktu berangkat. Saya tidak melihat adanya kedatangan helikopter lain setelah kepergian kami. Di sana adalah daerah pegunungan dan tidak ada jalan masuk lainnya.

Anda juga tidak mendengar suara-suara tembakan dari kejauhan?

Tidak! Tentu saja tidak! Yang jelas, Silviane bersama saya. Bagaimana mungkin pada saat sama ia menggunakan senapan mesin seperti yang saya baca di sebuah media? Itu benar-benar gila.

Kemudian saya bertemu dengan Henry Fournier di Timika, Saya langsung menyampaikan permintaan OPM, dan saat itu juga diputuskan, permintaan tersebut sudah berada di luar jangkauan kami. Namun kami tetap memperhatikan masalah-masalah yang menyangkut masalah kemanusiaan. Kalaupun ada yang terjadi di sana, kami sama sekali tidak tahu. Begitu pun Henry Fournier. Kami meninggalkan Timika jam empat sore. Jarak dari Geselama dan Timika hanyalah satu jam dengan pesawat, dan selama itu kami tidak melihat adanya satu pesawat pun yang menuju Geselama. Jadi kalau setelah kami pergi terjadi baku tembak, rasanya mustahil. Saya tidak melihat kemungkinan itu terjadi.

Apa benar Kelly Kwalik pernah mengancam Anda akan memenggal kepala Anda, memotong-motong, kemudian merebus, dan memakannya?

Iya. Tapi saya pikir itu hanya sekedar guyonan. Peristiwa itu terjadi tanggal 7 Mei ketika Kelly tahu saya akan menginap di sana sesuai permintaan mereka. Karena ada sandera yang sakit dan sayalah satu-satunya dokter di delegasi Palang Merah Internasional, maka sayalah yang akan menginap. Ketika anggota delegasi yang lain sudah pergi, Kelly datang dan bertanya, "Anda akan menginap di sini? Jadi kami bisa menembak Anda, memasak, dan memakannya." Dan saya jawab dengan cara yang sama. Saya bilang, "Kalau ini memang kehendak Tuhan, lakukan saja." Saya menganggapnya hanya sekedar guyonan.

Bisakah Anda menceritakan pengalaman Anda selama menginap di sana menjelang diadakannya pesta babi?

Saya tidur bersama para sandera dan melakukan diskusi panjang dengan mereka. Saya tidur bersebelahan dengan Navy, Adinda, Mark, dan Martha. Di sana ada juga ada Jualita, dan orang-orang Inggris. Beberapa orang Irian juga bersama kami, termasuk pemilik rumah. Setiap orang merasa bersemangat. Saya ingat betul, sore harinya mereka bilang dalam bahasa Indonesia kepada sandera, "Kami sangat sedih karena kalian akan meninggalkan kami semua besok. Kirimkan foto-foto kalian dengan nama-nama, jadi kami dapat mengingatnya terus." Tentu saja setiap orang merasa sangat bersemangat.

Karena tahu saya akan menginap, mereka pun bilang kalau kegiatan menangkap babi dan persiapan perayaan ini harus didokumentasikan. Mereka pun mengizinkan saya pergi ke mana pun saya mau. Saya bilang, "Oke, saya akan pergi bersama-sama para sandera." Saat itu Navy, Daniel, dan Mark ikut bergabung di Geselama. Saya pun bilang akan pergi bersama mereka sebagai penunjuk jalan. Lalu Daniel Kogoya bilang pukul tiga sore mereka akan menjemput kami untuk memotret saat mereka membunuh babi. Mereka ingin kami membuat dokumentasi untuk menyebarluaskan kebiasaan mereka kepada masyarakat luar. Pada jam tiga, tidak seorang pun yang muncul. Jam empat, lima, tidak seorang pun datang. Suasana mulai gelap dan sampai jam enam sore tidak ada yang muncul. Saya pun berpikir mungkin ada masalah.

Karena para sandera tampak merasa bahagia, saya mengingatkan agar tidak merasa kecewa jika tidak jadi dibebaskan. Pastilah membutuhkan waktu untuk membunuh babi-babi itu, memasak, dan memakannya. Jadi saya tidak melihat adanya kemungkinan untuk dibebaskan. Jadi bukan lagi kejutan ketika mereka menolak membebaskan sandera keesokan harinya. Tapi ketika mereka meminta kami kembali pada tanggal 9, kami menyetujuinya karena mungkin para sandera memang akan dibebaskan. Tapi sayangnya itu pun tidak terjadi.

Kabarnya Anda pernah terlibat perdebatan dengan Kelly Kwalik?

Memang saya pernah terlibat perdebatan tapi bukan di tanggal 8 atau 9, jauh sebelum itu. Kami terlibat perdebatan mengenai keadaan para sandera yang menderita sakit. Saya meminta mereka untuk melepaskan para sandera yang sakit karena mereka memang membutuhkan perawatan intensif, tapi mereka malah menyuruh saya melakukan operasi di tengah hutan. Saya bilang,"Saya tidak dilengkapi peralatan lengkap dan saya tidak dilatih untuk itu." Ya, saya memang terlibat beberapa perdebatan karena saya tidak bisa melihat penderita sakit, siapa pun mereka, tanpa perawatan. Karenanya untuk alasan kemanusiaan pula kami mengusahakan kepala suku dari Geselama untuk dirawat di rumah sakit Wamena. Jadi saya tidak bisa membayangkan adanya penderita sakit yang tidak memperoleh perawatan. Itulah saat terakhir saya bertemu dengan Kelly Kwalik sampai tanggal 8 dan 9 Mei. Saya harus kembali ke Swiss karena alasan pekerjaan. Ketika mereka bilang saya ingin membawa pergi para sandera, saya langsung bilang itu tidak benar. Saya tidak berniat membawa pergi apa pun.

Bagaimana pendapat Anda mengenai Kelly Kwalik ini?

Saya tidak punya pendapat apa-apa tentang dia.

Konon Kelly sangat kejam?

Saya tidak tahu. Sepertinya Kelly Kwalik menjadi pimpinan mereka. Mereka selalu mendiskusikan segala sesuatu bersama-sama. Tapi kebanyakan kami tidak mengerti yang mereka ucapkan, karena mereka menggunakan bahasa daerah. Saya pun merasa keputusan untuk tidak melepaskan sandera bukanlah keputusan satu orang, tapi keputusan bersama. Saya pikir, Kelly adalah orang yang berpendidikan dan pintar. Kejam atau tidak kejam, selama saya di sana dia selalu berlaku baik. Saya pun tidak pernah melihat mereka melukai seseorang.

Anda dikenal sangat dekat dengan masyarakat di sana. Bagaimana pendapat Anda mengenai mereka?

Mereka adalah orang-orang baik, baik yang dewasa, wanita, maupun anak-anak. Sayangnya dengan apa yang terjadi sekarang akan sulit untuk memberikan bantuan kepada mereka. Mereka banyak mengalami masalah kesehatan, terutama yang tua-tua.

Adakah pengalaman menarik lainnya selama bertugas membebaskan para sandera?

Ada 100 pengalaman, tapi saya lebih baik tidak membicarakannya. Saat yang menyenangkan ketika pada akhirnya saya dapat bertemu dengan para sandera pada tanggal 29 Februari. Sebetulnya kita semua bisa menjadi pemenang. Jika para sandera dilepaskan pada tanggal 8 Mei, saya pikir semua orang akan menjadi pemenang. Tapi dengan terbunuhnya dua orang, ada pihak yang kalah. Siapa yang kalah? Yang kalah adalah orang-orang yang di sana. Mereka yang kalah karena mereka masih mempunyai banyak kebutuhan, tapi sudah tidak seorang pun yang ingin pergi ke sana lagi.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Ponsel iPhone 12 Dapat Update Pengisian Baterai Nirkabel Qi2, Lebih Cepat Dua Kali Lipat

2 menit lalu

CEO Apple Tim Cook berpose dengan iPhone 12 Pro baru di Apple Park di Cupertino, California, AS dalam foto yang dirilis 13 Oktober 2020. Apple resmi memperkenalkan generasi iPhone terbarunya, iPhone 12 pro dan iPhone 12 Pro Max dalam acara bertajuk Hi Speed yang digelar virtual, Rabu dinihari waktu Indonesia, 14 Oktober 2020. Brooks Kraft/Apple Inc./Handout via REUTERS
Ponsel iPhone 12 Dapat Update Pengisian Baterai Nirkabel Qi2, Lebih Cepat Dua Kali Lipat

Update Nirkabel Qi2 pada ponsel iPhone 12 sudah didukung teknologi MagSafe Apple.


Liverpool Tak Lagi Menargetkan Xabi Alonso untuk Pengganti Jurgen Klopp, 2 Pelatih Ini Jadi Incaran Baru

17 menit lalu

Pelatih Bayer Leverkusen Xabi Alonso. REUTERS/Thilo Schmuelgen
Liverpool Tak Lagi Menargetkan Xabi Alonso untuk Pengganti Jurgen Klopp, 2 Pelatih Ini Jadi Incaran Baru

Liverpool mengurungkan rencananya mengejar Xabi Alonso sebagai pengganti Jurgen klopp, dengan dua kandidat kini muncul sebagai opsi alternatif.


Militer Spanyol Kirim Bantuan Kemanusiaan lewat Udara ke Jalur Gaza

17 menit lalu

Bantuan dijatuhkan melalui udara di Gaza, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza, 1 Maret 2024. REUTERS/Kosay Al Nemer
Militer Spanyol Kirim Bantuan Kemanusiaan lewat Udara ke Jalur Gaza

Walau otoritas Gaza memperingatkan pengiriman bantuan kemanusiaan lewat udara tidak aman, namun sejumlah negara masih melakukannya.


TNI Ungkap Alasan Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza Diterjunkan AU Yordania

25 menit lalu

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengecek bantuan usai upacara keberangkatan bantuan kemanusiaan untuk Palestina di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat 29 Maret 2024. Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan payung udara orang dan payung udara barang sebanyak 900 buah ke Yordania untuk disalurkan ke Palestina melalui metode airdrop menggunakan satu pesawat Hercules C-130J TNI AU. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
TNI Ungkap Alasan Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza Diterjunkan AU Yordania

Misi itu melibatkan 27 personel TNI yang sebagian besar merupakan prajurit dan sisanya satu diplomat dari Kementerian Luar Negeri.


Fakta-fakta Kasus Pertalite yang Dicampur Air di SPBU di Kota Bekasi

27 menit lalu

SPBU di Jalan Juanda, Bekasi terkontaminasi air.  Tempo/Adi Warsono
Fakta-fakta Kasus Pertalite yang Dicampur Air di SPBU di Kota Bekasi

Para tersangka pelaku pencampur BBM jenis Pertalite dengan air yang dikirim ke sebuah SPBU Kota Bekasi tersebut akan diancam pidana 6 tahun penjara.


Persija Jakarta Akan Kembali Berkandang di SUGBK saat Jamu Persis Solo pada Liga 1 Pekan Ke-31

30 menit lalu

Pemain Persija Jakarta Marko Simic dan Ryo Matsumura. Twitter @Persija_Jkt.
Persija Jakarta Akan Kembali Berkandang di SUGBK saat Jamu Persis Solo pada Liga 1 Pekan Ke-31

Persija Jakarta akan kembali berkandang di Stadion Gelora Utama Bung Karno, Jakarta, saat menjamu Persis Solo dalam lanjutan Liga 1 pekan ke-31.


Kemendag Tetapkan Harga Patokan Ekspor Pertambangan April 2024, Harga Sebagian Komoditas Naik

34 menit lalu

Pekerja tengah memindahkan tembaga bekas untuk diolah di PT Smelting, Gresik, Jawa Timur, Kamis (20/6) PT Smelting memperoleh pasokan konsentrat tembaga sebesar 1 juta ton dari PT Freeport Indonesia dan dari Amman Mineral Nusa Tenggara sebanyak 100 ribu ton. TEMPO/Tony Hartawan
Kemendag Tetapkan Harga Patokan Ekspor Pertambangan April 2024, Harga Sebagian Komoditas Naik

Kementerian Perdagangan atau Kemendag menetapkan Harga Patokan Ekspor (HPE) produk pertambangan yang dikenakan bea keluar periode April 2024.


Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

35 menit lalu

Ilustrasi anak kejang/epilepsi. Redcross.org.uk
Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

Masih banyak orang yang salah kaprah terkait epilepsi. Dokter beri faktanya untuk meluruskan.


Bawaslu: Dugaan Pelanggaran Penggelembungan Suara Prabowo-Gibran Tidak Memenuhi Syarat Materiil

39 menit lalu

Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) J. Kristiadi bersama Ketua Bawaslu Rahmat Bagja saat menghadiri Rapat Pleno Terbuka Perubahan Metode Memilih Di Luar Negeri Pada Pemilu Tahun 2024 di Gedung KPU Pusat, Jakarta, Kamis 28 Desember 2023. Pemungutan Suara di Sejumlah Negara Dialihkan via Pos. Sebagai informasi, menurut UU Pemilu, terdapat tiga metode pemungutan suara di mancanegara, yakni TPS luar negeri, kotak suara keliling, dan pos. TEMPO/Subekti.
Bawaslu: Dugaan Pelanggaran Penggelembungan Suara Prabowo-Gibran Tidak Memenuhi Syarat Materiil

Ketua Bawaslu menyatakan kajian awal laporan tersebut memenuhi unsur formil, tapi tidak memenuhi syarat meteriil.