TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Ormas Projo Budi Arie Setiadi mengatakan, benturan antara relawan Teman Ahok dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjelang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 tak perlu terjadi.
Menurut dia, konflik semacam itu tidak memberikan dampak kemajuan bagi kualitas demokrasi. Padahal, saat ini, gerakan voluntarisme yang terwujud dalam kelompok-kelompok relawan pendukung sedang berkembang pesat, bahkan di negara-negara yang demokrasinya maju seperti di Eropa dan Amerika Serikat.
Baca: Maju Via Jalur Independen, Ahok Terancam Dijegal
Budi Arie menuturkan, gerakan rakyat atau gerakan sosial memiliki andil dalam berbagai perubahan besar bagi bangsa ini. Dia mencontohkan, peristiwa Sumpah Pemuda 1928 digagas oleh kelompok masyarakat dan para pemuda, seperti Pemuda Jawa (Jong Java) dan Pemuda Sulawesi (Jong Celebes). "Begitu pula kemerdekaan Indonesia diwarnai gerakan massif komite rakyat dan pemuda, peristiwa Reformasi 1998, serta Pemilu 2014 yang melahirkan Presiden Joko Widodo," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 8 Maret 2016.
Baca: Di Balik Teman Ahok
Menjelang Pilkada Jakarta 2017, terjadi tarik ulur antara relawan Gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Teman Ahok, dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Teman Ahok menginginkan Basuki mencalonkan diri melalui jalur independen. Di sisi lain, Ahok menginginkan berpasangan dengan Wakil Gubernur petahana Djarot Saiful Hidayat, yang juga kader PDIP.
Baca: PDIP Tolak Diatur Ahok Soal Penentuan Pasangan di Pilkada
Persoalan muncul ketika PDIP belum menuntaskan mekanisme internal pencalonan, sedangkan Kawan Ahok berkeras agar Ahok segera memutuskan maju lewat jalur independen. Sejauh ini baru Partai NasDem yang sudah menyatakan mendukung Ahok. Kontroversi pencalona Ahok pun merebak di media massa.
Budi Arie menyatakan menghormati gerakan Kawan Ahok yang sudah bekerja keras mengumpulkan lebih dari 700 ribu KTP dukungan untuk Ahok. Maka, relawan dan partai harus bersatu bila ingin mewujudkan perubahan di suatu daerah. “Demokrasi yang sehat memerlukan parpol yg sehat," tuturnya.
AHMAD FAIZ