Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Microsoft Underground Tour (2): Saat Skype Jadi Ahli Bahasa  

image-gnews
Ilustrasi tampilan baru Skype. Phonearena.com
Ilustrasi tampilan baru Skype. Phonearena.com
Iklan

TEMPO.CO, Seattle

Wartawan TEMPO Daru Priyambodo mendapat undangan Microsoft untuk mengikuti program tahunan Microsoft Underground Tour. Bagian kedua tulisan ini memaparkan teknologi pengenalan suara sekaligus penerjemah yang dikembangkan Microsoft untuk Skype. Bagian 1 seri tulisan ini bisa dilihat di sini.

Olivier Fontana perlahan membesarkan volume speaker Skypenya. Di layar komputer, Dahlia, karyawan Microsoft kelahiran Timur Tengah yang berada di kantornya di Michigan, 3.000 kilometer dari Redmond, tampak tersenyum. Fontana, direktur penjualan Skype Microsoft, membuka percakapan dengan bahasa Inggris: “Selamat siang, Dahlia. Apa kabar di sana?”.

Hanya jeda sekitar sedetik, terdengar suara laki-laki berbahasa Arab mengucapkan selamat siang kepada Dahlia. Mesin suara Skype itu rupanya dengan cepat menerjemahkan suara Fontana dari bahasa Inggris ke bahasa Arab. Di Michigan sana, Dahlia pun menjawab dengan bahasa Arab: “Hi Fontana, kabar baik di sini. Cuaca sangat cerah”. Lagi-lagi mesin penerjemah bekerja dengan cepat. Jawaban Dahlia yang berbahasa Arab langsung diterjemahkan, dan muncul dalam bentuk suara berbahasa Inggris di speaker komputer Fontana.

Skype, semua kita tahu, adalah program computer untuk bercakap-cakap melalui telepon dan video menggunakan koneksi internet. Program ciptaan Niklas Zennstrom dan Janus Friis pada tahun 2002 ini segera populer. Pada 2006, pengguna aktif Skype di seluruh dunia sudah mencapai 100 juta orang. Tahun 2011, Microsoft membeli Skype seharga US $ 8,5 miliar (setara Rp 119 triliun dengan kurs sekarang) tunai. Jagat bisnis IT (information technology) gempar karena nilai pembelian ini sungguh dahsyat saat itu.

Setelah mengakuisisi Skype, Microsoft mengembangkan program itu untuk mendukung produk utama mereka seperti konsol game Xbox, perangkat deteksi gerak Kinect, platform email Outlook, dan system operasi Windows smartphone.

Dan sejak 5 tahun terakhir, Microsoft melangkah lebih jauh. Mereka ingin Skype tidak hanya menjadi alat telepon dan videophone bersuara dan gambar jernih, tapi juga menjadi penerjemah. Mimpi mereka, kelak Skype bisa digunakan sebagai alat komunikasi segala bangsa di dunia tanpa terkendala soal bahasa.

Microsoft tak main-main dengan ide ini. Dana jutaan dolar Amerika dikerahkan untuk mengembangkan Skype. Salah satu fokus utama mereka adalah membekali Skype dengan kemampuan yang disebut “deep learning”. Deep learning sebetulnya program riset yang juga dikembangkan perusahaan raksasa IT lain. Dia adalah salah satu cabang dari apa yang disebut “machine learning”, yaitu mesin atawa program computer yang mampu belajar sendiri untuk menyesuaikan diri dengan input penggunanya. Input bisa bermacam-macam bentuknya, mulai dari text, suara, gambar, hingga video.

Cara kerja Deep Learning kira-kira begini: Input data diproses oleh algorithma computer dengan kemampuan tinggi. Proses berlangsung dalam hitungan yang sangat cepat. Data yang masuk ini kemudian oleh algoritma tadi dipilah-pilah sesuai kategorinya, lalu siap untuk diproses lagi ketika ada input baru masuk.

Maka, dalam proses mengubah dan menerjemahkan suara, otak Deep Learning sebetulnya telah memiliki program dasar berbagai bahasa di dunia. Komputer akan bekerja ketika menerima input ucapan “Selamat datang” dalam bahasa Indonesia, maka sesuai setting yang ditetapkan, dia akan menerjemahkannya ke bahasa, misalnya, Inggris, menjadi “Welcome”.

Tapi Deep Learning tak hanya sampai di situ, karena dia mampu “membaca konteks percakapan” sehingga terjemahan tidak akan salah. Jadi, ketika seseorang mengucapkan kalimat “Saya sakit hati dia tidak datang”, algoritma tidak akan memprosesnya menjadi kalimat “I got heart pain he didn’t come”, namun sudah menjadi bahasa yang rapi sesuai konteksnya.

Proses itu memerlukan database yang luar biasa besar, sehingga konsep Deep Learning memerlukan bantuan server yang juga besar. Untuk inilah, digunakan Cloud Computing, yaitu server basis data yang terhubung secara online.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemampuan deep learning ini dirancang mirip dengan kemampuan otak manusia, sehingga algoritmanya mampu mengenali konteks sebuah percakapan, bahkan gaya bahasa masing-masing orang. Dia bahkan bisa “membuang” kata-kata yang tidak perlu diterjemahkan sehingga hasil terjemahan itu malah lebih rapi dari ucapan aslinya.

Fontana memberi contoh dengan sengaja menirukan gaya bahasa orang yang cenderung memakai “onomatope”, yaitu kata-kata tak bermakna seperti “mmm….eehhh….apa yaaa…”.  Dicontohkannya sebuah kalimat: “Mmmhh…ho..ho..honey….I’ll be uhh…late for…errrr..dinner…”  Skype mampu membuang semua onomatope tanpa makna itu menjadi kalimat yang bersih: “Sayang, aku akan telat untuk makan malam”.

Tak hanya konteks kalimat, Skype Translator juga diprogram untuk mengenali intonasi sebuah kalimat. Jadi, ketika seseorang bicara, intonasi terjemahannya sudah tidak lagi seperti suara robot yang berbicara dengan nada datar.

Skype versi translator ini sudah beredar dan diluncurkan ke public pada Agustus 2015 lalu. Namun proses penerjemahan tentu saja belum bisa semulus gaya bicara manusia. Perjalanan Deep Learning untuk bisa meniru manusia masih sangat panjang. Kesalahan-kesalahan masih sering terjadi. Toh ini tetap kemajuan besar, karena kemampuannya mengenali suara (voice recognition) sudah jauh lebih maju dibanding sebelumnya.

Bahasa lisan yang bisa diterjemahkan juga masih terbatas pada bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Itali, Jerman, Portugis (Brazil), Arab, dan Mandarin. Namun untuk bahasa tertulis (teks), program ini sudah mampu menerjemahkan hingga 40 bahasa.

Tidak hanya bahasa teks dan lisan, penerjemah ini juga diprogram untuk bisa mengubah suara menjadi bahasa isyarat. Jadi, ketika kita berbicara, suara diproses lalu ditampilkan terjemahannya dalam bentuk animasi manusia yang sedang memperagakan bahasa isyarat. Kemampuan ini sangat berguna untuk berkomunikasi dengan kalangan yang tak mampu mendengar.

Ambisi Microsoft mengembangkan alat penerjemah ini memang besar. Sekarang, mesin penerjemah mereka sudah digunakan oleh berbagai program di luar Microsoft, seperti dipakai di Twitter, Yelp, dan Linkedin. Microsoft memposisikan penerjemah ini sebagai program terbuka (open source) yang boleh dimodifikasi oleh programmer lain. Ini artinya, Microsoft menjadikan penerjemahnya sebagai platform, sehingga siapa pun bisa memodifikasinya.

Jika platform ini kelak digunakan di seluruh dunia, dampaknya sangat besar. Berbagai kegiatan yang selama ini terkendala kemampuan berbahasa akan teratasi. Mungkin saja kelak test TOEFL (Test of English as Foreign Language) untuk bersekolah di luar negeri tidak lagi perlu karena semua sudah diambil alih Microsoft Translator..:)

***

Microsoft Underground Tour (1): Misteri Gedung Nomor 7

Microsoft Underground Tour (3): Saat Virus Beraksi di Glodok

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Survei Microsoft dan LinkedIn: Perusahaan Lebih Tertarik pada Karyawan dengan Keterampilan AI

1 hari lalu

Implementasi kecerdasan buatan atau AI banyak ditemukan di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Berikut deretan aplikasi AI untuk pembelajaran. Foto: Canva
Survei Microsoft dan LinkedIn: Perusahaan Lebih Tertarik pada Karyawan dengan Keterampilan AI

Penelitian Microsoft dan LinkedIn membuktikan korporasi kini lebih menginginkan pekerja dengan kemampuan AI. Budaya AI terus berkembang di kantoran.


Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

6 hari lalu

Presiden Jokowi ditemui usai peresmian Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) di Tapos, Depok, pada Selasa pagi,  7 Mei 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.


Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

7 hari lalu

Bos Apple Tim Cook bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, 17 April 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris
Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

Presiden Jokowi juga menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang Indonesia pakai masih didominasi barang-barang impor.


Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

7 hari lalu

Presiden Jokowi ditemui usai peresmian Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) di Tapos, Depok, pada Selasa pagi,  7 Mei 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.


Kasus Kewarganegaraan Ganda Gloria Natapradja Hamel, Tersandung Punya Paspor Prancis Gagal Jadi Paskibra 2016

7 hari lalu

Gloria Natapradja Hamel saat diizinkan bergabung bersama anggota Paskibraka di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2016. Gloria merupakan wakil dari daerah Jawa Barat. TEMPO/Subekti.
Kasus Kewarganegaraan Ganda Gloria Natapradja Hamel, Tersandung Punya Paspor Prancis Gagal Jadi Paskibra 2016

Gara-gara memiliki kewarganegaraan ganda punya paspor Prancis, Gloria Natapradja gagal jadi anggota paskibra 2016, ini kilas balik kasusnya


Giliran OpenAI Garap Search Engine Berbasis AI, Saingi Produk Google dan Microsoft

7 hari lalu

ChatGPT. Foto : OpenAI
Giliran OpenAI Garap Search Engine Berbasis AI, Saingi Produk Google dan Microsoft

OpenAI bersiap meluncurkan mesin pencari berbasis AI, tak ingin ketinggalan dari Gemini AI milik Google dan Copilot besutan Microsoft.


Top 3 Tekno: Prestasi Teknik Sipil Unej, Investasi Microsoft, dan Cuaca Jawa Barat

8 hari lalu

Desain Jembatan oleh Tim Logawa Vittoria dari Fakultas Teknik Universitas Jember (Unej) yang memenangi Bridge Design Competition (BDC) 2024 gelaran Nanyang Technological University Singapore. Foto: Humas Universitas Jember
Top 3 Tekno: Prestasi Teknik Sipil Unej, Investasi Microsoft, dan Cuaca Jawa Barat

Top 3 Tekno Berita Terkini Senin pagi ini, 6 Mei 2024, dimulai dari artikel prestasi tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej).


Microsoft Investasi Rp 35 Triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

9 hari lalu

Ilustrasi Logo Microsoft. REUTERS/Dado Ruvic
Microsoft Investasi Rp 35 Triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

Microsoft investasi Rp 35 triliun di Malaysia, begini sejarah raksasa teknologi AS Itu.


Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

9 hari lalu

Logo Microsoft terlihat di Los Angeles, California A.S. pada Selasa, 7 November 2017. (ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/am.)
Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?


Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

9 hari lalu

Logo Microsoft terlihat di Los Angeles, California A.S. pada Selasa, 7 November 2017. (ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/am.)
Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

Microsoft juga akan bekerja sama dengan pemerintah Malaysia untuk mendirikan Pusat Keunggulan AI Nasional dan meningkatkan kemampuan keamanan siber.